Honorer K2 jadi Petugas Pemilu, Pantang Curang Meski Dukung Prabowo - Sandi

Rabu, 24 April 2019 – 06:57 WIB
Bhimna bersama Sandiaga Uno. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com - Guru honorer baik K2 maupun nonkategori ternyata banyak yang jadi petugas Pemilu 2019. Mereka umumnya dijadikan petugas KPPS, PPS, PPK, maupun saksi.

Namun, baru kali ini mereka merasakan suasana yang begitu menegangkan. Baru kali ini juga mereka bekerja sehari semalam.

BACA JUGA: Bertambah, Anggota KPPS TPS 146 Aren Jaya Meninggal Dunia

"Ini Pemilu yang luar biasa menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Ibaratnya datang rapi, pulang berantakan tapi demi tugas negara kami tetap setia," kata Silan, guru tidak tetap (GTT) yang dipercayakan sebagai ketua PPS Desa Ayah Kabupaten Kebumen, Jateng, kepada JPNN, Rabu (24/4).

Bukan kali ini saja Silan jadi petugas Pemilu. Pada pemilu – pemilu sebelumnya, dia pasti dipercaya menjadi petugas.

BACA JUGA: Pemprov Jabar Santuni Petugas Pemilu yang Meninggal

Silan yang juga sekretaris Forum Komunikasi GTT/PTT Kebumen ini mengungkapkan banyak rekannya yang juga menjadi petugas Pemilu. Walaupun berpihak kepada salah satu paslon, dia mengaku berupaya netral.

"Di TPS saya yang menang paslon 01. Kami menuliskan apa adanya, tidak ada rekayasa apapun," ucapnya.

BACA JUGA: Baru di Zaman Jokowi Ada Caleg Gagal Nekat Bakar Kotak Suara

Walaupun memilih Prabowo-Sandi, Silan mengaku tidak punya niatan sedikit pun untuk mengubah data-data yang ada. Integritasnya sebagai tenaga pendidik selalu dikedepankan.

Dia pun yakin seluruh guru honorer yang jadi petugas Pemilu mengedepankan integritas. Pilihan boleh berbeda tapi harus tetap objektif dan tidak coba-coba curang.

BACA JUGA: Update Real Count KPU: Di Satu Provinsi, Jokowi – Ma’ruf Salip Prabowo - Sandi

Demikian juga Bhimna, guru honorer K2 di Jabar ini ikut mengawal pelaksanaan pemilu sejak pencoblosan sampai perhitungan.

Bahkan sampai saat ini usai mengawasi USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional), kembali menjalankan tugas mengawal lembar C1 plano, dalam proses penghitungan suara di tingkat kecamatan.

Dia menyebutkan keterlibatan guru honorer sebagai petugas Pemilu bukan hal baru. Guru honorer sering dilibatkan karena lebih piawai dalam bekerja.

"Kalau guru kan pengetahuannya lebih luas makanya selalu dipercayakan sebagai petugas pemilu," ucapnya.

Sama seperti Silan, Bhimna mengungkapkan, walaupun guru-guru honorer itu punya pilihanpaslon tapi tidak mengurangi objektivitasnya. Apalagi saat ini di era teknologi gerak gerik petugas Pemilu dipantau. Salah sedikit langsung diviralkan di medsos.

"Insyaallah guru honorer amanah walaupun kami sebenarnya pengin Prabowo - Sandi menang. Namun, pantang bagi kami memenangkan paslon jagoan kami dengan cara curang," ujar Bhimna yang juga ketua umum ProPAS (Pro Prabowo-Sandi) K2 Indonesia.

Saat ini, lanjutnya, para petugas Pemilu tiap hari waswas. Tidak hanya waswas bila eror dan akhirnya salah tulis data. Namun lebih dari itu mereka waswas bila korban meninggal dari petugas Pemilu terus bertambah.

BACA JUGA: Prabowo: Pantang Menyerah, Sampai Berjumpa di Saat - Saat yang Akan Datang

"Saya bergidik memantau berita korban meninggal terus bertambah. Entah itu karena sakit, kecelakaan karena kelelahan, stres, dan lainnya. Sebegitu mahalkah demokrasi di Indonesia hingga bayarannya jiwa manusia," tuturnya.

Keprihatian juga diungkapkan Silan. Menurut dia, petugas Pemilu yang meninggal layak disematkan gelar pahlawan demokrasi Indonesia. Dia berharap, semoga dosa-dosa para petugas Pemilu itu diampuni dan ditempatkan di surga.

"Mengerikan sekali Pemilu Indonesia banyak makan korban jiwa. Barangkali baru kali pertama ini dalam sejarah Pemilu di Indonesia," ucapnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Massa: KPU Diminta Tegur Pihak yang Klaim Menang Pilpres


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler