jpnn.com, RIYADH - Serangan rudal dari Houthi menghantam Bandara Abha, Provinsi 'Asir, Arab Saudi, Rabu (12/6). Kiriman misil dari pemberontak Yaman itu melukai 26 warga sipil. Pemerintah Arab Saudi pun dibuat pusing dengan serangan Houthi yang gagal dicegah tersebut.
Agresi Houthi di wilayah barat daya Arab Saudi tersebut merupakan yang kedua pekan ini. Senin lalu (10/6) Houthi juga mengirimkan dua pesawat tanpa kendali untuk menyerang pangkalan udara militer King Khalid di dekat kota perbatasan Khamis Mushait. Namun, koalisi militer gabungan Arab Saudi berhasil menembak jatuh dua drone tersebut.
BACA JUGA: Murtaja Queris, Tahanan Politik Termuda Arab Saudi Terancam Dihukum Salib
Koresponden Al Jazeera Mohammed Al Attab mengatakan, serangan kelompok aliran Syiah yang menguasai setengah wilayah Yaman itu meningkat beberapa minggu terakhir. Bulan lalu Angkatan Udara Arab Saudi juga menembak jatuh drone yang menuju Bandara Jizan.
"Bagi Houthi, itu adalah upaya balas dendam terhadap invasi yang dilakukan oleh koalisi Arab Saudi selama ini," jelas dia.
BACA JUGA: Investigasi Belum Selesai, Saudi Sudah Tuding Iran Pelakunya
BACA JUGA: Bangun Pabrik Misil Balistik, Arab Saudi Ketahuan Belangnya
Kerajaan Arab Saudi dan sekutunya memang terus menggempur wilayah kekuasaan Houthi sejak 2015. Mereka terus melakukan serangan udara ke lokasi yang diduga sebagai markas operasi pemberontak. Namun, upaya itu terbukti gagal dengan serangan yang baru-baru ini terjadi di wilayah Arab Saudi.
BACA JUGA: Yakin Bakal Ada Aksi Teror, Moeldoko Minta Masyarakat Tidak Ikut Demonstrasi 22 Mei
Jubir Koalisi Arab Saudi Turki Al Malki meradang atas serangan tersebut. Menurut pihaknya, serangan Houthi kali ini sudah keterlaluan. Sebab, incaran rudal kali ini adalah warga sipil. Abha memang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Timur Tengah karena berada di dataran tinggi.
"Itu adalah aksi terorisme sekaligus kejahatan peperangan. Kami akan membalas dengan tindakan tegas," ungkap dia seperti dikutip Agence France-Presse.
Malki menjelaskan, delapan korban masih harus dirawat di rumah sakit. Sedangkan 18 orang lain sudah dipulangkan setelah mendapat pertolongan pertama. "Yang mereka lukai bukan hanya warga Saudi. Ada warga India di antara tiga korban perempuan," imbuhnya.
Kemarahan Arab Saudi tidak hanya tertuju kepada pemberontak, tapi juga pemerintahan Hassan Rouhani di Iran. Menurut mereka, tak mungkin kubu yang dipimpin Presiden Ali Abdullah Saleh 'Afasy bisa bertahan setelah diserang bertubi-tubi.
Apalagi, Houthi juga berhasil menyerang jaringan pipa migas Arab Saudi Mei lalu. Serangan dengan teknologi seperti itu pasti butuh bantuan dari negara berteknologi militer yang maju.
Bisa jadi, serangan terbaru dari Houthi menghambat perundingan perdamaian yang sekarang dilakukan oleh PBB. Beberapa minggu terakhir upaya dari utusan khusus Martin Griffiths sudah terhambat karena protes rezim Presiden Mansour Hadi.
Hadi menilai Griffiths terlalu memihak kepada Houthi. Dia kesal karena selama ini kubunya tak pernah diundang dalam pembicaraan perdamaian. Yang datang hanyalah perwakilan pemberontak dan koalisi Arab Saudi. (bil/c11/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PENTING! Ancaman Militer dan Nonmiliter Ini Harus Diwaspadai
Redaktur & Reporter : Adil