PENTING! Ancaman Militer dan Nonmiliter Ini Harus Diwaspadai

Minggu, 19 Mei 2019 – 09:43 WIB
Kepala Bakamla Laksdya Bakamla A. Taufiq R (mengenakan jaket hitam) foto bersama ratusan Perwira Mahasiswa Seskoal di Markas Seskoal, Cipulir, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019). Foto: Penerangan Seskoal

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Bakamla Laksdya Bakamla A. Taufiq R menjabarkan tentang tugas Badan Keamanan Laut (Bakamla) dalam mengemban fungsi Coast Guard di Indonesia.

Hal itu disampaikannya dalam Kuliah Umum yang dihadiri ratusan Perwira Mahasiswa Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) di Gedung Samadikun, Cipulir, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).

BACA JUGA: Kerja KPU Tak Terpengaruh Ancaman Serangan Bom

Kuliah umum ini diikuti oleh 150 Perwira Mahasiswa (Pasis) Dikreg Seskoal angkatan ke-57 tahun pendidikan 2019 dan Pasis Susjemenstra Angkatan ke-14, serta mahasiswa umum.
Kehadiran Kepala Bakamla diterima dengan hangat oleh Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Dr. Amarulla Octavian, Wakil Komandan Seskoal Laksamana Pertama TNI Tatit Eko Witjaksono serta jajaran pejabat Seskoal.

BACA JUGA: Kabar Gembira! THR PNS Cair Pekan Depan, CPNS Juga Terima

BACA JUGA: Sri Lanka Kerahkan 5 Ribu Polisi untuk Lindungi Minoritas Muslim

Laksdya Taufiq dalam kuliah memberikan penjelasan mendalam mengenai Aspek Karakteristik Wilayah NKRI, Regulasi Penegakan Hukum di Laut Indonesia, Coast Guard Of Indonesia, Strategi Maritim Indonesia dan Konsep Kepemimpinan.

Dalam pembahasan pertama mengenai Karakteristik Wilayah NKRI, Kepala Bakamla menjelaskan bahwa luas perairan wilayah Indonesia mencapai 5,9 juta kilometeri persegi. Meliputi perairan kepulauan 2,8 juta Km², laut teritorial 0,4 juta Km², ZEE Indonesia mencapai 2,7 juta Km², panjang garis pantai 81.000 Km, dengan jumlah pulau sebanyak 17.499.

BACA JUGA: Eks Jagoan IT ISIS Pengin Pulang ke Tanah Air, Ini Respons Polri

Dari aspek kelautan wilayah Indonesia ini, berpotensi adanya pergeseran ancaman di laut berupa bentuk ancaman tradisional dan non-tradisional. Ancaman tradisional atau yang bersifat militer meliputi agresi, terjadinya pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, terorisme dan pemberontakan, yang merupakan kewenangan TNI sebagai Komponen Utama dalam mengatasi ancaman tersebut.

Di sisi lain, untuk ancaman non-tradisional atau yang bersifat non-militer, meliputi illegal fishing, penebangan dan penambangan ilegal, terorisme, penyelundupan narkoba, penyelundupan barang dan manusia, perdagangan, perampokan bersenjata, perusakan lingkungan, keselamatan pelayaran, dan sebgainya.

“Hal ini merupakan tanggung jawab Lembaga Pemerintah di luar TNI sebagai Komponen Utama untuk mengatasi ancaman tersebut,” katanya.

Berbicara tentang regulasi penegakan hukum di laut Indonesia, Taufik menyamapaikan saat ini terdapat lebih kurang 26 Undang-Undang. Selain Bakamla, terdapat sebelas instansi yang memiliki kewenangan di laut sehingga diperlukan keterpaduan antarinstansi.

Peran Bakamla untuk menjalankan Fungsi Coast Guard di Indonesia ditetapkan melalui Surat Seskab No: B.551/Seskab/9/2015 tanggal 30 September 2015 tentang Arahan Presiden untuk mengembangkan Bakamla agar dapat melaksanakan fungsi Coast Guard.

Bakamla sebagai Sebagai Indonesian Coast Guard secara universal memiliki tugas meliputi penjaga keselamatan laut (maritime safety), penjaga keamanan laut (maritime security), dan Komponen Cadangan pertahanan dalam aspek maritim (maritime defence).

Selain regulasi, Laksdya Taufiq juga menyinggung tentang Strategi Maritim Indonesia. Dia juga membahas faktor penentu dalam menghadapi tantangan Poros Maritim Dunia, faktor Maritime Domain Awareness (MDA), dan faktor Perdagangan Laut dan Keamanan Energi.

Terkait Konsep Kepemimpinan, menurut Laksdya Taufiq untuk mencapai kemampuan Coast Guard di Indonesia, tentunya tidak lepas dari pengaruh seorang pemimpin. Seorang komandan yang baik harus memiliki kualitas yang terdiri dari kecerdasan, dengan pengertian bahwa komandan yang berhasil selalu belajar mengenai profesinya.

Selain itu memiliki keberanian, dalam artian seorang komandan harus memiliki kemampuan fisik sehingga mampu memimpin di depan dengan keteladanan. Kualitas terakhir yaitu memiliki moral berupa kejujuran. Kualitas komandan juga dinilai dari keteguhan, yang merupakan buah dari kecerdasan dan keberanian.

“Kebanggaan seorang prajurit bukan pada pangkat, jabatan atau kedudukan, melainkan bila berfungsi sebagai prajurit di manapun ditugaskan,” ujar Laksdya Taufiq.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgas Antiteror Malaysia Tangkap Dua WNI


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler