Hubungan Partai Demokrat dengan Presiden Makin Panas

Sabtu, 04 Maret 2017 – 09:34 WIB
White House. Foto: Karen Bleier/AFP

jpnn.com - jpnn.com - Panggung politik masih diwarnai perseteruan Partai Demokrat dengan sang presiden.

Gara-gara orang pilihannya kembali dikaitkan dengan Rusia, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berang.

BACA JUGA: Ups! Trump Tolak Undangan Dinner dengan Media Massa

Dia menyebut Partai Demokrat sedang berburu penyihir (menyasar sesuatu yang tidak bisa dipastikan kebenarannya) dalam pemerintahannya. Dan, Jaksa Agung Jeff Sessions menjadi korbannya.

”Sessions tidak mengatakan sesuatu yang salah. Dia bisa saja memberikan jawaban yang lebih tepat waktu itu. Tapi, semua terlontar begitu saja,’’ kata Trump tentang pernyataan jaksa agung pilihannya itu di hadapan Kongres AS awal Februari lalu.

BACA JUGA: Didampingi Petinggi Demokrat, AHY Buka SBY Cup

Kamis malam waktu setempat (2/3), taipan 70 tahun itu pasang badan.

Dia membela Sessions yang didesak mundur oleh kubu Demokrat.

BACA JUGA: KPK Sita Satu Kilogram Emas Milik Wako Madiun

”(Tuduhan Demokrat) Itu seperti perburuan penyihir,” ujar Trump. Kegeraman Trump bukan tanpa alasan.

Dia kehilangan beberapa orang terdekatnya karena terkait skandal Rusia.

Salah satunya Michael Flynn, penasihat keamanan nasional presiden.

Dia mengundurkan diri 13 Februari lalu setelah keceplosan tentang pertemuannya dengan Duta Besar Rusia untuk AS Sergey Kislyak yang membahas kelonggaran sanksi AS kepada Rusia.

Trump lantas mengatakan bahwa Sessions yang dekat dengannya sejak masa kampanye pemilihan presiden (pilpres) itu sebagai pria yang jujur.

Dia yakin politikus yang menjabat senator selama 20 tahun di Negara Bagian Alabama itu tidak bersalah. Maka, dia menepis desakan mundur dari Demokrat.

Namun, Trump mengaku tidak tahu Sessions dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak bertemu pada masa kampanye.

Tapi, berdasar pengakuan Sessions, pertemuan itu tidak berkaitan dengan kampanye.

Sebelumnya, Gedung Putih juga menjelaskan bahwa pertemuan Sessions dan Kislyak pada Juli dan September itu adalah pertemuan antara senator dan Dubes. Tidak ada yang istimewa.

Kamis lalu, Sessions kembali menyampaikan klarifikasi terkait pertemuannya dengan Kislyak dan kesaksiannya di hadapan Kongres AS.

Seperti keterangan Gedung Putih, Sessions mengatakan bahwa pertemuannya dengan Kislyak terjadi dalam kapasitasnya sebagai senator.

Mereka juga hanya membahas masalah politik global. Tidak ada perbincangan khusus yang mengarah pada kampanye pilpres.

Sementara itu, tentang jawabannya di hadapan Kongres saat ditanya soal kedekatannya dengan para pejabat Rusia, Sessions mengaku jawaban itu dia lontarkan secara spontan.

’’Saya tidak pernah punya hubungan dengan pejabat Rusia yang mana pun,” tegas tokoh 70 tahun tersebut dalam hearing.

Saat melontarkan jawaban itu, dia mengaku tak kepikiran soal pertemuannya dengan Kislyak.

Dalam konfirmasinya, Sessions mengakui kekhilafannya.

”Seharusnya saya tidak buru-buru menjawab seperti itu dan menyebutkan tentang pertemuan saya dengan Kislyak,” ungkapnya.

Tapi, dia buru-buru menegaskan bahwa jawaban itu muncul karena memang dirinya dan Kislyak tidak sedikit pun membahas tentang kampanye pilpres.

Padahal, yang sedang dia bahas dalam hearing saat itu adalah kampanye pilpres.

Kendati demikian, Sessions menarik diri dari investigasi yang sedang pemerintah lakukan bersama FBI tentang hubungan mesra para pejabat Washington dan Kremlin semasa kampanye pilpres AS.

”Saya memutuskan untuk menarik diri dari segala bentuk investigasi terkait kampanye pilpres. Baik yang saat ini sedang berlangsung maupun yang mungkin akan muncul,” papar Sessions.

Selain Sessions dan Michael Flynn, Kislyak bertemu beberapa orang dekat Trump yang lain.

Di antaranya, J.D. Gordon, Carter Page, dan Walid Phares. Bahkan, Jared Kushner juga pernah bertemu Kislyak.

Menantu Trump tersebut menemui sang Dubes bersama Flynn di Trump Tower pada Desember lalu.

Namun, menurut suami Ivanka itu, mereka hanya bertemu selama sekitar 10 menit dan sekadar berkenalan.

Konfirmasi Sessions dan pembelaan Trump tak membuat Demokrat melunak.

Adam Schiff, politikus Demokrat di Komite Intelijen House of Representatives, tetap menuntut dia mundur.

”Paparan jaksa agung untuk membela dirinya itu tidak bisa dipercaya,” ujarnya.

Selain menuntut Sessions mundur, dia mendesak Departemen Kehakiman menugaskan jaksa independen dalam penyelidikan skandal Rusia.

Sementara itu, masalah juga sedang menghampiri Wakil Presiden Mike Pence. Mantan gubernur Negara Bagian Indiana itu dikabarkan memakai e-mail pribadi sebagai sarana komunikasinya dengan para pejabat negara bagian.

”Pence menggunakan e-mail pribadinya untuk membahas beberapa isu sensitif dan juga urusan keamanan nasional dengan para pejabat negara,” lapor harian Indianapolis Star.

Surat kabar itu juga menyebutkan bahwa e-mail wakil Trump menjadi sasaran peretasan.

Dari kejahatan dunia maya itulah Indianapolis Star mendapatkan bukti komunikasi krusial Pence dengan para pejabat pemerintahan.

Namun, Pence hanya menambahkan perangkat pengaman dan tetap menggunakan e-mail pribadinya untuk urusan Indiana. Tapi, sejak menjabat Wapres, Pence ganti alamat e-mail.

”Sebagai gubernur, Pence tidak melanggar aturan apa pun. Sebab, hukum yang berlaku di Indiana mengizinkan semua itu terjadi,” terang kantor Wapres.

Di Indiana, gubernur boleh menggunakan e-mail pribadi untuk berkomunikasi dengan para staf dan pejabat negara bagian yang lain.

Tapi, mereka dilarang keras membagikan informasi itu kepada publik. Namun, sebagai Wapres, praktik semacam itu tidak diperkenankan.

Saat menjabat menteri luar negeri, Hillary Clinton tersandung masalah yang sama.

Dia dikecam karena menggunakan e-mail pribadi untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan.

Kini, Pence pun demikian. Tapi, reaksi pemerintahan Trump terhadap isu tersebut cenderung kalem.

Tidak seperti yang terjadi saat Clinton kedapatan menggunakan e-mail pribadinya pada 2015. (AFP/Reuters/CNN/hep/c17/any)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jagonya Demokrat Merasa Dicurangi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler