Ibu-ibu, Ajari Anak Rencanakan Keuangan

Sabtu, 07 Februari 2015 – 00:49 WIB
Diperagakan Anna Lovely dan Satria Atmadja Agung Nugraha. Foto: Dite Surendra/Jawa Pos

jpnn.com - MEYDIAN Eka Rini RPP (registered para planner), financial planner dari MaxiMoney Surabaya, mengungkapkan bahwa sebaiknya sejak usia tiga tahun, saat anak mulai mengenal angka, orang tua sudah mulai mengajarkan bagaimana merencanakan keuangan.

 

Perencanaan itu bisa diawali dengan memenuhi keinginan sang buah hati. Misalnya, sebagaimana yang diterapkan Dian, sapaannya, kepada anaknya.

BACA JUGA: Wow, Ada Sawah Spiderman di Manggarai Barat

Suatu saat sang anak menginginkan tas bergambar karakter Frozen. Kala itu Dian hanya mencatat, tanpa membelikannya.

BACA JUGA: Operasi Rekonstruksi Rochman Sukses, Giliran Rochim Pekan Depan

Sesampai di rumah, dia baru menyampaikan harga tas itu. Dan, untuk membelinya, sang anak harus menabung. Tentu, penjelasan itu disampaikan dengan bahasa anak agar mudah dipahami.

Nah, tabungan anak pun tak berbentuk rupiah. Setelah menjelaskan, lantas perempuan berkerudung itu membuat kesepakatan bersama anak. Jika tak menangis saat bunda bekerja, si kecil –bernama Kansha Almira– akan mendapat 2 poin.

BACA JUGA: 4 Lokasi Wisata Ikonik Manggarai Raya yang Wajib Dikunjungi

Jika bangun tidur langsung membersihkan tempat tidur, Kansha mendapat 3 poin. Membersihkan rumah, 5 poin yang didapat. Poin-poin tersebut biasanya berupa stiker bergambar bintang atau tokoh kartun favorit anak. Si anak sendirilah yang akan mengumpulkannya.

Perempuan alumnus jurusan multimedia Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (Stikom) Surabaya itu menghargai tiap poin senilai Rp 5 ribu. Dengan demikian, kalau poin-poin itu sudah terkumpul, tas Frozen yang diinginkan sang buah hati akan dibelikan. ”Upaya itu agar anak menjadi bijak dan tidak boros,” ujar perempuan asli Gresik tersebut.

Hal yang sama disampaikan Anglis Ayu Anjarsari MPsi, psikolog. ”Cara paling efektif adalah melalui teladan dari lingkungan sekitar,” ungkapnya. Menurut Anglis, upaya merencanakan keuangan bisa juga dengan membuat kesepakatan saat berbelanja bersama.

Misalnya, ”Bunda nanti hanya belanja keperluan yang ada di catatan ini. Adik boleh beli kue atau snack. Tapi satu saja.” Kalau di supermarket tiba-tiba anak ingin beli banyak hal, harus tegas pada kesepakatan awal.

Lalu bagaimana jika anak menangis, merengek, dan merajuk? ”Orang tua harus tetap konsisten dan tidak menyerah dengan rengekan anak,” tegas ibu dua anak itu. Memang terkadang itulah tantangan yang menyulitkan orang tua. Jika orang tua mudah kasihan dan tidak konsisten, tangisan dan rajukan tersebut bisa jadi senjata

Tak jarang anak-anak, yang bahkan sudah dewasa, kerap mengancam orang tua kalau keinginannya tidak dituruti. Lantas, orang tua akan mengalami kesulitan dalam penanganan anak dan bisa saja terbelit kesulitan ekonomi ketika dalam kondisi terbatas. (ndi/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Operasi Rekonstruksi Kembar Siam Rochman Berjalan Sukses


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler