BACA JUGA: Hanyut di Laut Gara-gara Vodka
Tapi, di mata sang bunda, pria 39 tahun tersebut tetaplah seorang anak laki-laki yang harus dia lindungi."DIA putra saya dan saya sangat menyayanginya
BACA JUGA: JK Terpilih Lagi Pimpin CAPDI
Saat interpol menerbitkan surat penangkapan terhadap Assange secara global, dia mengatakan sangat khawatirApalagi, sebagai "musuh bersama" AS dan sekutunya, Assange tidak hanya diburu di satu negara
BACA JUGA: Malaysia Tahan Militan JI Asal Indonesia
Kini, dia menjadi buron hampir di seluruh negara yang punya hubungan baik dengan ASTerutama negara-negara yang tercantum dalam dokumen rahasia rilisan WikiLeaksMisalnya, Pakistan, Tiongkok, Inggris, Rusia, dan bahkan AustraliaSebelumnya, hanya pemerintah Swedia yang memburu dia atas kasus pemerkosaan yang dituduhkan dua perempuan."Sebagai seorang ibu yang normal, saya sangat tertekan," aku Christine seperti dilansir Agence France-PresseTerbayang di benaknya, kesulitan yang bakal dihadapi AssangeSejak WikiLeaks lahir pada 2006, pria berambut putih itu tidak bisa menikmati kehidupan normalDia menjadi nomadenMeski tercatat sebagai warga Australia, dia lebih banyak tinggal di Inggris dan SwediaKini, setelah pemerintah dua negara tersebut juga memburunya, Assange tidak bisa lagi berlama-lama di sana.
Meski sang putra tidak pernah bisa hidup tenang sejak ikut membidani lahirnya WikiLeaks, Christine mendukung penuh aktivitas AssangeSebab, dia sangat mengenal aktivis kritis yang telah memberinya seorang cucu laki-laki itu"Entah Anda setuju atau tidak dengan yang dilakukan Julian (Assange), hidup dalam keyakinan Anda dan memperjuangkan sesuatu yang Anda yakini kebenarannya adalah sesuatu yang positif," tegas perempuan yang mengelola panggung pertunjukan di Shire of Noosa tersebut.
Keyakinan Assange terhadap kebaikan yang dia perjuangkan itulah yang membuat Christine tidak pernah melarang putranya bergelut dengan dokumen rahasia"Dia menganggap yang dilakukannya bermanfaat untuk kebaikan duniaDia memerangi kejahatan," ungkap ibu dua putra tersebutSejak kecil, lanjut dia, Assange memang gigih memperjuangkan kebenaranAssange belia dibesarkan dengan prinsip bahwa kejahatan muncul saat orang-orang baik tidak melakukan apa pun untuk mencegah.
Christine mengatakan bahwa putra sulungnya itu dibesarkan tanpa landasan agamaNamun, dia dan mantan suaminya selalu membekali Assange dengan prinsip-prinsip kebenaran"Dia tumbuh sebagai bocah laki-laki yang sangat menyenangkanDia sangat sensitif, agak pendiam, sayang terhadap binatang, dan punya selera humor yang tinggiKalian (media) tidak tahu bahwa dia suka bercanda dan melucu," lanjutnya seperti dikutip harian The Herald Sun.
Dalam kesempatan itu, Christine juga menyatakan bahwa Assange yang cerdas tidak mengenal komputer pada masa kecilnyaJika dia lantas tenar sebagai peretas di dunia maya, sang ibu menyebut rasa ingin tahu yang sangat besar dalam diri Assange sebagai faktor utama pembentuk karakter melek teknologi tersebut"Dia tumbuh di lingkungan yang kreatif dan mencintai bukuKami tidak pernah membekalinya dengan teknologi tinggi," ujarnya.
Sisi lain Assange yang diungkap Christine kemarin adalah kelembutannya sebagai ayahPada usia 18 tahun, Assange resmi menjadi bapakDia memiliki seorang anak lelaki bernama Daniel yang dia asuh bersama ibunyaKini, Daniel sudah berusia 21 tahun"Julian (Assange) menunda niatnya untuk kuliah dan merelakan waktunya tersita untuk mengasuh DanielDia adalah ayah yang baikTidak banyak ayah muda seperti dia yang sangat peduli dan bertanggung jawab terhadap anaknya," urainya.
Bagi Christine, pencapaian Assange sebagai ayah justru lebih tinggi jika dibandingkan dengan kesuksesannya membongkar rahasia AS lewat WikiLeaksRasa bangga terhadap Assange membuat Christine tidak pernah menyembunyikan identitasnya sebagai ibu pentolan WikiLeaks tersebutDia juga membantah kabar yang menyebutkan bahwa dirinya terpaksa meninggalkan Kota Melbourne karena berita kontroversial putranya"Banyak sekali pemberitaan yang tidak benar soal saya dan Julian (Assange)," keluhnya(hep/c6/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hujan Salju Kacaukan Inggris
Redaktur : Tim Redaksi