Ibu Negara

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 19 November 2022 – 18:31 WIB
Ibu Negara Iriana Joko Widodo (berkerudung berdiri di tengah) bersama para first lady dari negara anggota G20 yang berkumpul di Bali 15-16 November 2022. Foto: BPMI Setpres

jpnn.com - Di balik pria yang sukses selalu ada wanita hebat. Ia adalah istri yang menjadi pendamping dalam perjuangan suka dan duka, sampai akhirnya laki-laki itu mencapai puncak karir tertinggi.

Iriana adalah tipologi wanita hebat di balik sukses laki-laki bernama Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia.

BACA JUGA: Corcoran G20

Kita percaya terhadap kebenaran idiom tersebut dan oleh karena itu kita percaya bahwa Iriana adalah wanita hebat. Kalau dia bukan wanita hebat, Joko Widodo mungkin tidak akan bisa menapaki karier politik laksana meteor dan cemerlang.

Iriana membuktikan kehebatannya menjadi pendamping suaminya sejak Joko Widodo menjadi pengusaha mebel, menjadi wali kota Solo, menjadi gubenur DKI dua tahun, dan kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia.

BACA JUGA: Delapan Miliar

Sejak 2014, Iriana resmi menyandang status sebagai ibu negara. Sebutan itu merupakan gelar tidak resmi yang digunakan di beberapa negara untuk pasangan kepala negara di sebuah pemerintah yang berbentuk presidential.

Gelar itu tidak dipakai untuk pendamping kepala negara monarki, atau kepala pemerintahan seperti pedana menteri.

BACA JUGA: Jokowi dan Myanmar

Di Amerika ibu negara disebut sebagai first lady atau wanita pertama. Keluarga presiden disebut sebagai the first family.

Hal ini sebagai penghormatan kepada presiden dan keluarganya yang ditempatkan sebagai famili tertinggi dalam struktur sosial-politik negara.

Ibu negara atau the first lady tidak mempunyai kewenangan politik apa pun. Peranannya lebih banyak di bidang sosial dan kemasyarakatan.

Akan tetapi, sangat banyak ibu negara yang mempunyai peran politik informal penting. Banyak di antara ibu negara itu yang terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan politik penting oleh suaminya.

Iriana Joko Widodo termasuk kategori ibu negara yang tidak memainkan peran politik atau mempunyai pengaruh politik terhadap suaminya.

Ia lebih memainkan peran ibu negara tradisional yang tidak banyak melakukan aktivitas sosial-kemasyarakatan yang menonjol.

Oleh karena itu ada sekalangan masyarakat yang meremehkannya, bahkan menghinanya. Sebuah unggahan di media sosial beberapa hari terakhir ini ramai jadi perbincangan netizen karena dianggap menghina Iriana sebagai ibu negara.

Sebuah akun mengunggah foto Iriana bersama Ibu Negara Korea Selatan Kim Keon Hee. Caption foto itu berbunyi "Bi, tolong bikinkan minuman untuk tamu kita".

Lalu ada sahutan, "Baik, nyonya".

Caption itu menggambarkan dialog antara pembantu rumah tangga dengan nyonya rumah. Dialog itu kemudian diinterpretasikan sebagai percakapan antara Iriana dan Kim.

Akhirnya caption itu diinterpretasikan sebagai penghinaan terhadap Iriana karena mengasosiasikannya sebagai pembantu rumah tangga yang sedang berbicara kepada Kim selaku nyonya rumah.

Dialog itu juga diinterpretasikan sebagai penghinaan terhadap Iriana yang dianggap berpenampilan seperti pembantu rumah tangga, berhadapan dengan Kim yang berpenampilan sebagai nyonya rumah.

Foto itu diambil dari momen pelaksanaan KTT G20 di Bali. Selama pertemuan itu, penampilan Kim Keon Hee menarik perhatian media dan publik.

Ia berusia 50 tahun, tetapi penampilannya yang glamor mirip artis drakor membuatnya terlihat jauh lebih muda.

Pada foto itu Iriana tampil sederhana dengan kebaya dan kerudung. Disandingkan dengan Kim, penampilan Iriana terlihat terbanting.

Itulah yang membuat netizen ada yang gatal dan membuat komentar pembantu dan nyonya rumah. Unggahan itu sudah dihapus, tetapi kelihatannya polisi sudah bertindak tangkas dan mengisyaratkan akan memidanakan pemilik akun.

Iriana beberapa kali menjadi sorotan dalam event G20 di Bali. Ketika datang bersama Jokowi, Iriana terpeleset di tangga pesawat kepresidenan.

Momen itu terekam kamera. Videonya beredar luas dan menjadi viral di media sosial.

Ketika Iriana terjatuh, Jokowi tidak langsung menolong. Dia terlihat membiarkan istrinya bangun sendiri.

Beberapa ajudan berusaha menolong, tetapi Jokowi memberi isyarat supaya ajudan tidak mendekat.

Adegan itu mendapat komentar dari banyak netizen. Emak-emak banyak yang menyayangkan sikap Jokowi yang tidak memberi pertolongan kepada istrinya.

Ada yang mempertanyakan sikap empati Jokowi terhadap orang lain yang sedang menderita. Namun, ada juga yang memuji sikap Jokowi yang memberi kesempatan kepada istrinya untuk mandiri.

Momen lainnya menunjukkan Iriana sedang berpidato di forum istri kepala negara dan kepala pemerintahan G20. Iriana berbicara dalam bahasa Indonesia dan bercerita mengenai aktivitasnya menanam mangrove sebagai upaya pelestarian lingkungan.

Narasi Iriana sangat sederhana dan lebih mirip pidato di depan ibu-ibu PKK ketimbang pidato di forum internasional. Seharusnya Sekretariat Negara bisa menyiapkan teks pidato yang sederhana tetapi tetap mempunyai perspektif lingkungan yang kuat.

Iriana wanita sederhana yang lahir dari keluarga sederhana. Namanya pun sederhana dan terdiri dari satu kata saja.

Hal itu menjadi indikator kesederhanaan keluarganya. Oleh karena itu sikapnya pun sangat bersahaja.

Ia memerankan peran sebagai ‘kanca wingking’, teman di belakang, seperti umumnya perempuan Jawa yang sederhana.

Para presiden Indonesia mempunyai pendamping istri dengan peran yang bervariasi dalam kehidupan sosial dan politik. Bung Karno mempunyai banyak istri sehingga tidak ada yang layak disebut sebagai first lady.

Ada beberapa istri Bung Karno, mungkin sebutannya second lady, third lady, dan seterusnya.

Di antara banyak istri Bung Karno itu, Bu Fatmawati tercatat sebagai ibu negara yang membuat sejarah karena perannya menjahit bendera merah putih dengan tangannya.

Bendera itulah yang dikibarkan pada momen proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Selebihnya, peran Fatmawati ialah istri setia yang akhirnya harus rela dimadu.

Presiden Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang otoriter. Meski demikian, Pak Harto mungkin termasuk kategori anggota ISTI alias ikatan suami takut istri.

Ny Tien Soeharto dikenal sebagai first lady yang mempunyai pengaruh politik besar dalam keputusan-keputusan strategis suaminya.

Latar belakang Bu Tien sebagai perempuan ningrat keturunan Keraton Mangkunegara Solo lebih tinggi ketimbang Pak Harto yang anak petani desa.

B.J Habibie terkenal sebagai presiden genius dengan IQ selevel Albert Einstein. Habibie didampingi oleh first lady Hasri Ainun Besari yang tidak memainkan peran politik, tetapi mempunyai kisah cinta yang sangat menyentuh.

Roman Habibie dengan Ainun dijadikan sebagai film layar lebar ‘Habibie-Ainun’ yang cukup sukses.

Gus Dur sang presiden eksentrik mempunyai pendamping Ny Sinta Nuriah yang sama-sama anak kiai. Ny Sinta Nuriah terkenal sebagai bu nyai yang juga menjadi aktivis feminisme.

Bu Sinta sangat cocok mendampingi Gus Dur yang sama-sama berlatar belakang aktivis.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY didampingi oleh Kristiani Herrawati. Bu Ani Yudhoyono -panggilan akrabnya- sangat aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

Bu Ani dikenal mempunyai peranan penting dalam keputusan-keputusan politik yang diambil oleh SBY. Bu Ani adalah anak kandung Sarwo Edie Wibowo yang terkenal dalam aksi pemberantasan PKI pada 1965.

Dengan latar belakang keluarga militer itulah Ani memainkan peran ibu negara yang sangat aktif selama SBY menjadi presiden.

Para wanita the first lady itu mempunyai peranannya masing-masing. Iriana Joko Widodo tidak bisa dibandingkan dengan para first lady pendahulunya.

Iriana perempuan yang lugu dan sederhana, cocok mendampingi suaminya yang juga lugu dan terlihat sederhana.(***)

 


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler