Ibunda Denny Indrayana Berbicara Tentang Putranya

SD Jualan Es Lilin, S3 jadi Loper Koran Australia

Senin, 17 Oktober 2011 – 02:02 WIB

Ibunda Denny Indrayana tentu sangat bangga dengan apa yang dicapai oleh putranya sampai saat ini.  Lantas bagaimana perjalanan hidup Denny sebelumnya?

RAHMAT HIDAYATULLAH, Banjarbaru

SORE kemarin, Ny Titien Sumarni (57) tampak sibuk merapikan pakaian di butik Varas.  Butik tersebut jadi satu dengan tempat tinggalnya di Jln Gang Purnama, Banjarbaru. 

Varas sendiri diambil dari nama putri Denny Indrayana.  Koleksi butik ini, didominasi busana muslim.  Biasanya, setelah selesai merapikan butik, ia mencatat dengan rapi hasil penjualan hari ituBegitulah keseharian Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) cabang Banjarbaru tersebut.

Sebagai seorang aktivis perempuan, Titien tidak canggung bercerita tentang putra sulungnya, Denny

BACA JUGA: Kakek-Nenek Belajar Membaca, Malu sama Cucu, Tak Mau Ditipu

”Aden (panggilan kesayangan untuk Denny, Red) itu dulu waktu kelas IV di SDN Mawar Banjarbaru, sekarang di belakang Bank BRI, mau membantu orang tua,” ujarnya


Dua buah termos yang berisi es lilin dibawanya ke sekolah dengan menumpang angkot

BACA JUGA: Albertina Ho, Hakim Kritis PN Jakarta Selatan yang Dimutasi ke Daerah

Es kemudian dijual kepada teman-temannya di sekolah.  ”Ibu tidak menyuruh loh, tapi Aden sendiri yang mau bantu,” kenang Titien.

Pulang sekolah termos pun kosong
Uang yang didapat dari hasil keringatnya itu diberikan sepenuhnya kepada sang Ibunda

BACA JUGA: Worro Hery Astuti, Ahli Ramuan Kecantikan di Balik Pesta Pernikahan Putri Raja Jogja

Denny pun kata Titien, tak pernah sekalipun meminta hasil jerih payahnya itu kepada dirinya”Dari kecil anaknya memang sudah mandiri,” ucapnya.

Sebelum di SDN Mawar Banjarbaru, lelaki kelahiran 11 Desember 1972 itu dari kelas I sampai III di SD Manokwari Irian JayaSementara TK-nya sendiri di Tunas Rimba di Kota Baru Pulau Laut“Lulus SD di Banjarbaru kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 2 Banjarbaru lalu di SMAN 1 Banjarbaru,” ucapnya.

Sekolah Denny berpindah-pindah karena sang Ayah, Acep Hidayat (60) bekerja di salah satu BUMN PT Perhutani IIKini Acep menggeluti usahanya di Jakarta

Sejak SD, SMP dan SMA kata Titien, Denny selalu mendapatkan peringkat teratasKalau tidak juara satu, juara duaSetelah lulus SMA, Denny kemudian mendaftar kuliah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, namun pilihan pertamanya tidak di bidang hukum, melainkan bidang kedokteran”Pilihan pertama itu kedokteranKalau hukum itu pilihan ke tiga,” ujar Titien.

Pilihan utama gagalSetelah Denny menjalani kuliah di bidang hukum, ternyata ia tidak terlalu suka dengan perkuliahanMalah ia sangat menyukai organisasi-organisasi yang ada di UGMMenariknya, walaupun sang aktivis itu kadang cuek dengan perkuliahannya, ia mampu lulus dalam waktu tiga setengah tahun”Waktu itu kalau tidak salah jadi lulusan termuda di UGM,” ujarnya.

Lulusan sarjana hukum dari Fakultas Hukum UGM 1995 itu kemudian melanjutkan studinya ke University Of Minesota di USA dan lulus 10 Mei 1997Gelar master itu diperolehnya dengan menggunakan biaya sendiriDenny kemudian pulang ke Indonesia dan langsung menjadi pengacara selama dua tahun di Jakarta.

”Dua tahun jadi pengacara kemudian ke Yogyakarta mengajar jadi dosen di UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)Berhenti di UMY kemudian menjadi dosen di UGM,” ucap Titien.

Ketika di UGM, Denny juga dinobatkan sebagai Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM yang kini dijabat oleh Zaenal Arifin MochtarBeberapa bulan menjabat, Denny kemudian mendapatkan beasiswa kuliah S3 ADS (Australian Development Scholarship) di Melbourne University di Australia”Denny tiga tahun di sana, kemudian sempat pulang tiga kali ke Indonesia untuk penelitian dan seminar di UGM,” ucap Titien.

Saat pulang ke Banjarbaru, Denny biasanya minta sang ibunda memasak makanan kesukaannya yaitu Soto Banjar dan Itik Panggang“Kalau Aden pulang ke rumah pasti mintanya dimasakin Soto Banjar dan Itik PanggangSebenarnya dia semuanya suka aja, tetapi, kalau itik panggang pokoknya tidak pernah ketinggalan,” kenangnya.

Menariknya, saat kuliah di Australia untuk menambah biaya hidup Denny juga sempat menjadi loper koran di sebuah media cetak terkenal di negeri Kanguru ituBahkan, kata Titien, Denny sempat bekerja di sebuah toko souvenir

Denny kemudian meraih gelar doktor tahun 2005Ia kembali ke UGM dan menjadi seorang pakar hukum tata negara”Denny kemudian diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan Korupsi, karena kritikan dan masukannya yang untuk negara dinilai bagus,” kata Titien(ij/bin/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Zirgi Ahmad Fabian, Bayi Penderita Kelainan Posisi Usus (Malrotasi)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler