Ical Calon Tunggal, Ingkari Kemajemukan Golkar

Selasa, 02 Desember 2014 – 14:30 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti memandang bahwa pencalonan tunggal Aburizal Bakrie (ARB) sebagai ketua umum pada Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Bali merupakan bentuk pengkerdilan partai berlambang pohon beringin tersebut. Hal itu dikatakan Ray setelah Airlangga Hartarto menyatakan mundur sebagai caketum.

"Pengelolaan yang cenderung ekslusif hanya akan menimbulkan konflik tak berujung. Jadi hanya kompetisi fair-lah yang akan membuat partai ini terus menerus akan mampu bersaing dengan waktu," katanya Senin (2/12).

BACA JUGA: KIH Minta Seleksi Capim KPK Ditunda

Pemilihan dengan cara aklamasi, kata Ray, selain tak demokratis juga mengingkari kemajemukan Golkar. Aklamasi itu menepikan kompetisi dan dengan sendirinya juga menepikan makna munas.

"Lebih-lebih pilihan aklamasi dilakukan dengan cara-cara mobilisasi. Cara ini hanya layak dan mungkin hidup di era otoritarianisme," katanya.

BACA JUGA: Pejabat Lebih Senang Mengundang KPK daripada Dipanggil KPK

Untuk itu Ray menyarankan, ada baiknya peserta munas memikirkan apakah tetap melanjutkan pemilihan dengan hanya satu calon tunggal. Sebab, calon tunggal jelas tidak membutuhkan pemilihan. Bahkan pada tingkat tertentu tidak membutuhkan musyawarah nasional.

"Jika dalam konstitusi partai dinyatakan adanya pemilihan, maka dengan sendirinya calon tunggal membatalkan pemilihan. Bisa saja pemilihannya dimundurkan sampai didapatkan calon lain yang bersedia untuk maju bersanding dengan calon yang lain," katanya.

BACA JUGA: Agung Laksono Cs Dipersilakan Bikin Partai Baru

Ray juga menyarankan peserta munas Bali baiknya kritis melihat kondisi yang ada. Bukan saja demi kebaikan Golkar yang selalu membutuhkan ruang kompetisi di dalamnya, juga hal ini demi kebaikan pembenahan tradisi demkrasi Indonesia secara menyeluruh.

"Ujung calon tunggal akan berbiaya besar. Setidaknya akan menimbulkan kepengurusan gemuk karena akomodasi politik yang boros," katanya.

Dalam organisiasi yang demikian, Ray menilai akan sult muncul penyeimbang. Akibatnya, pengelolaan partai cenderung hegemonistik, mandul kritisisme dan partisipasi serta tidak kompetitif. Ujungnya akan menimbulkan lebih banyak luka di tubuh Golkar. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jakarta-Aceh Capai Kesepakatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler