Orang terkaya se-Asia Tenggara versi majalah Forbes tersebut tetap akan melepas jabatan menteri, meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla terpilih lagi dalam pilpres April 2009.
''Saya akan mundur dari kabinet,'' tegas Ical sebagaimana dikutip dalam wawancara kepada situs majalah ekonomi bergengsi forbes.com
BACA JUGA: Nurul Arifin Luncurkan Komik Politik
Wawancara itu dilakukan pada Jumat (14/11), sehari sebelum perayaan ulang tahun ke-62 Ical, namun baru dirilis forbes.com, Selasa (18/11).Dia mengaku pengunduran diri dari kursi menteri itu sudah mendapat izin dari SBY dan Kalla
Ical masuk ke pemerintahan bersama gerbong Kabinet Indonesia Bersatu Presiden SBY lima tahun lalu
BACA JUGA: Ide Sisminbakum sejak Era Muladi
Namun, bencana lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, yang dipicu oleh pengeboran anak perusahaan Grup Bakrie, Lapindo Brantas Inc, pada 26 Mei 2004 membuat Ical selalu disorotPria yang hobi tenis itu selalu dituding berada di belakang melempemnya sikap pemerintah terhadap Lapindo
BACA JUGA: Harta Karun VOC Jadi Buruan Nelayan Muara Angke
Bahkan, kursi Ical di kabinet digoyang saat pembayaran ganti rugi kepada warga korban bencana tersendat-sendatNamun, SBY masih nggandoli Ical di kabinetSaat melakukan penggantian personel menteri (reshuffle) pada 2005, SBY tidak menghentikan Ical, meski tekanan masyarakat sangat kuatIcal hanya bergeser posisi dari Menko Perekonomian menjadi Menko Kesra.
Penggantian itu sempat mengurangi sorotan terhadap IcalNamun, sebulan terakhir, posisi dia semakin sulit ketika saham anak-anak perusahaan Grup Bakrie terjerembap di bursa tersapu krisis global
Ical kembali digunjingkan menggunakan pengaruhnya untuk menekan otoritas bursa agar melindungi kemerosotan harga saham anak perusahaan andalan, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dengan melakukan suspensi (penghentian transaksi saham) tanpa batas waktu
Dia sempat dikabarkan berseteru dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal pencabutan suspensi sahamNamun, pria yang dilaporkan Forbes memiliki kekayaan USD 5,4 miliar tersebut membantah dirinya ikut mencampuri masalah bisnis Grup Bakrie.
''Saya tidak pernah berselisih dengan Sri MulyaniKami berdua ada di kabinet dan kabinet ini sangat kuat di bawah kepemimpinan presidenDia (Sri Mulyani) telah melakukan pekerjaan yang hebatKabinet ini bersatu, tidak ada perpecahan di kabinet,'' tegasnya.
Dia juga membantah menggunakan pengaruhnya di pemerintahan untuk membantu kepentingan bisnis keluarga''Saya bukan lagi seorang pebisnisSaya tahu apa yang (keluarga saya) lakukanNamun, saya bukan lagi seorang pebisnis,'' ujarnya.
''Saya pergi ke kantor perusahaan untuk berdoa, iyaDan jika pada suatu petang saudara saya ingin memberikan laporan, oke, kami akan mendiskusikannyaTapi, itu saja,'' ungkapnya.
Saat ditanya apakah Grup Bakrie merupakan sebuah contoh terbaik soal transparansi dan tata kelola perusahaan di Indonesia, Ical justru bertanya balik''Apa yang Anda maksud dengan transparansi ketika Anda membicarakan dengan Goldman Sachs? Ketika Anda membicarakan tentang Lehman Brothers? Citibank? General Motors? Transparansi apa yang ingin Anda lihat?'' tegas Aburizal.
''Saya kira, kita lebih transparan ketimbang semua nama yang saya sebutkan ituFannie Mae, Freddie Mac, sebut saja! Transparansi apa itu?'' ujarnya.
''Ketika Anda bicara tentang tata kelola, apakah Anda berpikir perusahaan yang bangkrut harus membayar CEO-nya ratusan juta dolar? Lihat apa yang terjadi dengan AIGApakah itu tata kelola yang ingin kita bicarakan? Kita lebih transparan dan kita memiliki governanceKehidupan sangat keras saat ini bagi siapa pun,'' kata mantan ketua Kadin tersebut
Lalu, akan ke manakah Ical setelah meninggalkan pemerintahan? Dia menyatakan menjadi pembantu presiden selama lima tahun sudah cukup''Saya sudah menyumbangkan kemampuan saya selama lima tahunSekarang saya ingin bermain dengan cucu dan meluangkan waktu lebih banyak dengan keluarga sambil melakukan kegiatan amal,'' ungkapnya.
Saham Bakrie Gembos
Setelah pernyataan gagal bayar utang (default) gadai saham (repo) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) sebesar Rp 144,9 miliar, harga saham Grup Bakrie terus gembosDua saham yang baru dibuka suspensinya kemarin, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), juga langsung tergelincir
Analis Bhakti Securities Budi Ruseno mengatakan, saham-saham Grup Bakrie, meski secara fundamental kinerjanya masih bagus, ikut turun menyesuaikan dengan penurunan harga saham-saham selama ini"Tekanan jual masih melanda Grup Bakrie karena investor juga masih menunggu kepastian semua transaksinya," ujarnya
Secara teknikal, saham-saham Grup Bakrie, terutama BUMI, menunjukkan tanda pelemahanKarena itu, meski punya prospek jangka panjang sangat bagus, rekomendasi jual banyak disuarakan
Saat ini, holding Grup Bakrie masih punya utang repo ke delapan kreditorTotal keseluruhan utang BNBR mencapai Rp 545,8 miliar dan USD 1,39 miliarPerseroan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan lokal dan asing itu dengan menggadaikan saham-saham BUMI, UNSP, ENRG, dan PT Bakrie Development Tbk (ELTY)Masing-masing sebanyak 5.126.427.858 (26,42 persen dari total saham), 394.963.598 (10,42 persen), 4.760.330.000 (30,97 persen), dan 3.796.540.000 (19,06 persen)
Dua utang repo BNBR gagal bayar karena nilai kolateralnya, yaitu saham BUMI dan UNSP, yang terus anjlok seiring dengan melemahnya harga saham emiten-emiten tersebut
Yang kini jadi pertanyaan publik adalah apakah berarti 45.947.500 saham BUMI yang digadaikan ke Recapital akan dieksekusi sehingga saham tersebut lepas dari BNBR? Inilah salah satu yang bisa mengancam transaksi Northstar Pacific senilai USD 1,3 miliar yang telah ditandatangani BNBR pada 31 Oktober lalu.
Namun, Direktur Keuangan BNBR Yuanita Rohali menegaskan bahwa BNBR masih memegang 35 persen saham BUMITidak berarti semua yang default itu, katanya, akan dijual oleh kreditorArtinya, meski default, kreditor, dalam hal ini Recapital dan Aldira, masih mengamankan saham tersebutKalau pun nanti dilepas oleh kreditor, pihak BNBR sudah menyatakan akan membeli saham BUMI lewat pasar yang harganya sudah sangat terdiskon
BUMI sudah mengumumkan akan melakukan buyback hingga 3,3 miliar saham dengan dana Rp 8,25 triliunSaham akan dibeli kembali dengan harga Rp 2.500 per lembarHingga kini, BUMI berencana melakukan penerbitan medium term notes (MTN/surat utang jangka menengah) hingga Rp 6 triliun dengan tenor 1-2 tahunPT Asia Kapitalindo Securities dan Samuel Sekuritas akan menjadi penjamin emisi dalam aksi penerbitan MTN tersebutJadi, BUMI akan membeli sahamnya kembali dengan menggunakan surat utang
Terkait paparan publik yang sudah dilakukan BNBR, otoritas bursa masih akan mencermati secara lebih detail"Secara umum kita mengapresiasi, tapi memang perlu dijelaskan lagi secara lebih detail," ujar Direktur BEI Eddy Sugito
Rupiah Tembus Rp 12 Ribu
Limbungnya saham-saham anak perusahaan Grup Bakrie melengkapi suramnya pasar finansial Indonesia kemarinPada penutupan perdagangan, kurs rupiah berada pada level Rp 11.750 per dolar AS (USD), terjerembab 50 poin dibanding penutupan perdagangan sehari sebelumnyaRupiah makin mengkhawatirkan karena pada perdagangan di sesi pagi sempat terpelanting hingga menembus level Rp 12.050 per USD, membentuk level terendah sejak dasawarsa laluPergerakan USD memang terus menguat, termasuk terhadap hampir semua mata uang kawasan
Sementara di lantai bursa, indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak pararel mengikuti pergerakan bursa kawasan dan global yang menuju teritori merahPada perdagangan kemarin, indeks melemah 3,8 persen (47,07 poin) menuju level 1.189,86Posisi indeks saat ini terus mendekati titik terendah pada bulan Oktober lalu, di mana indeks bertengger di level 1.089Kelompok 45 saham unggulan, indeks LQ 45, melorot 12,52 poin (5,24 persen), menuju level 226,49.
Gubernur BI Boediono mengatakan, bank sentral akan tetap menjaga rupiah pada posisi yang realistisBoediono berharap, investor sudah mulai melepas dolarnya, terutama di saat nilainya sudah sangat tinggi"Kita juga menginginkan agar orang juga memikirkan dengan tingkat rupiah seperti ini, masa dolarnya tidak dilepas? Ini kan harga yang bagus," kata mantan Menko Perekonomian itu.
Menurut guru besar Universitas Gadjah Mada tersebut, pelemahan rupiah disebabkan meningkatnya kebutuhan dolar, terutama untuk pelunasan utang valas"Saya kira ini masalah suplai dan demandAda (kebutuhan) korporasi, impor, dan saya kira BUMN juga memerlukan itu (dolar)," kata Boediono(eri/sof/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rayakan Ultah, Korps Marinir Gelar Atraksi
Redaktur : Tim Redaksi