jpnn.com, JAKARTA - Direktur Supply Chain Management dan Teknologi Informasi ID Food, Bernadetta Raras mengatakan akan terus meningkatkan akses perempuan di sektor pertanian dan pangan melalui digitalisasi.
Sehingga perempuan semakin melek perkembangan digital dan berdampak terhadap semakin mudah menjalankan usaha secara daring.
BACA JUGA: Dukung Ketahanan Pangan, Perhutani Gandeng ID Food Budi Daya Tebu
Hal tersebut dilihat dari tumbuhnya kontribusi perempuan di tahapan rantai pasok industri pangan seperti budi daya dan pendistribusian (sektor UMKM).
Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika 2021, 80 persen UMKM milik perempuan di Indonesia menggunakan platform digital untuk menjual produk dan layanannya.
BACA JUGA: BUMN Pangan ID FOOD Diluncurkan di Kota Tua, Ternyata Ada Alasannya
"Survei tersebut juga menemukan bisnis-bisnis ini mengalami peningkatan penjualan rata-rata sebesar 20 persen sejak mereka menggunakan teknologi digital,” papar Raras saat menjadi pembicara di Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Workshop on Promoting Women Economic Empowermen Across Agri-Food Chain di Hanoi, Vietnam baru-baru ini.
Dia menambahkan pihaknya telah melakukan pengembangan sejumlah aplikasi yang dapat membuka akses perempuan untuk melakukan kegiatan wirausaha secara daring, seperti pengembangan kanal Digital Touch Point, Digital Lelang “Dilan”, dan e-commerce Warung Pangan.
BACA JUGA: Gandeng ID Foods, PTPN Group Distribusikan Minyak Goreng & Gula Dengan Kapal Tol Laut
“ID Food dapat melakukan off take produk-produk yang dihasilkan oleh petani untuk kemudian diolah dan dipasarkan untuk segmen pasar nasional maupun mancanegara,” jelasnya.
Menurutnya, besarnya peran perempuan di sektor pertanian dan pangan tersebut seiring dengan pertumbuhan petani dan pelaku UMKM perempuan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, Indonesia memiliki sebanyak 30% petani perempuan dari total 27,5 juta petani.
Jumlah itu meningkat dari tahun 2019 yang berada di angka 24% dari total 24 juta petani.
Sementara di sektor hilir, menurut data BPS 2022, Indonesia memiliki persentase pengusaha perempuan 53% atau lebih tinggi dari pengusaha laki-laki sebesar 47%.
Jumlah itu di atas negara-negara lain di Asia Pasifik, seperti Filipina sebesar 52,1%, Vietnam 49,2%, dan Thailand 37,9%.
Sementara menurut data Asia Development Bank 2022, 50% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) milik perempuan di Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.
Raras mengatakan, meski kontribusi perempuan di sektor pertanian dan pangan terus tumbuh, hal tersebut bukan tanpa tantangan.
Saat ini perempuan di berbagai negara menghadapi tantangan hampir seragam, yaitu terkait keterbukaan akses perbankan/permodalan, kepemilikan tanah, literasi keuangan dan digital, serta akses pasar.
“Maka itu, dukungan seluruh stakeholder pangan terhadap pemberdayaan perempuan di sektor pangan perlu terus ditingkatkan,” ujarnya.
Dalam menjawab tantangan tersebut, Raras menegaskan, perlunya penerapan inisiatif strategis yang konkrit, di antaranya melalui program close loop pertanian terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Skema tersebut harus dijalankan secara kolaboratif lintas sektor, sehingga bisa mengatasi berbagai kendala dari mulai permodalan, pendampingan budidaya, penerapan teknologi, asuransi, hingga logistik dan pemasaran,” paparnya.
Dia memberikan contoh, model semacam itu telah berjalan di Indonesia melalui program Makmur yang diinisiasi Kementerian BUMN bersama sejumlah BUMN di sektor pangan, perbankan, asuransi, perkebunan, dan logistik atau perdagangan.
“Salah satu yang kita jalankan untuk memperbesar akses perempuan di sektor pertanian dan pangan, yaitu melalui program Makmur di mana ID Food bertindak sebagai ketuanya. Program ini terbukti efektif meningkatkan jumlah areal tanam, partisipasi petani, serta produksi komoditas pangan,” kata dia. (ddy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perhutani Dukung Penguatan Ekosistem Pangan Melalui ID Food
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian