LANGKAT - Tak ada seorangpun yang mau hidupnya menderitaBegitu juga dengan Mariati (46), warga Dusun V, Desa Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Langkat
BACA JUGA: Heboh, Banyak Biji Emas di Desa Ujanmas
Tapi suratan takdir telah menentukan kalau Mariati harus hidup di jalan yang penuh dengan derita.Bagaimana tidak
BACA JUGA: Pertanian Pesisir Selatan Gagal Panen
Jangankan untuk pergi jalan-jalan kesana kemari, buat makan sehari-hari saja Mariati kesulitanDari belas kasihan warga tadilah Mariati menyambung "hidup" hingga saat sekarang ini
BACA JUGA: Makan Jamur, Satu Keluarga Keracunan
Semua berawal dari empat puluh enam tahun silamMariati kecil terlahir di tengah-tengah keluarga yang serba pas-pasanIbu Mariati yang karyawan lepas di salah satu perkebunan harus pontang-panting mencari nafkah untuk membesarkan Mariati dan saudara tuanya.Sedangkan ayahnya diketahui pergi merantau dan jarang sekali pulang ke rumahKarena sulitnya ekonomi keluarga Mariati membuat anak malang ini tidak mampu melanjutkan sekolahnyaIa hanya duduk di bangku kelas sekolah dasar beberapa tahun lalu berhentiSejak tidak bersekolah lagi, Mariati mulai membantu ibunya bekerja.
Seiring dengan berjalannya waktu, Mariati kecil tumbul remajaDan tanpa terasa, Mariati kini telah menginjak usia 14 tahunDari sinilah semuanya bermulaIbu Mariati yang mengidap penyakit gatal-gatal kulit dipanggil sang pencipta setelah sempat sakit beberapa bulanYang menyedihkan, sewaktu ibunya terkapar sakit, ayahnya malah pergi membawa saudara tua Mariati dan hingga kini tak diketahui di mana kabar beritanya.
Sejak kematian sang ibu, Mariatipun hidup sendirian dir umah mereka yang serba tak ada ituWalau masih ada kerabat yang dikenal, tapi Mariati tak mau tinggal dengan kerabat orang tuanya tersebutHanya saja, Mariati sering diantari makananBelakangan, kerabat ibunya itupun pergiKini Mariati harus menjalani hidup ini seorang diri.
Yang membuat Mariati mulai tak percaya diri dan merasa malu keluar rumah, saat penyakit gatal-gatal terus menjalari seluruh tubuhnyaDisebabkan itulah Mariati lebih lama mengurung diri di dalam rumahAda semacam perasaan minder dihatinya saat warga datang ke rumahnya atau menanyakan kabarnya.
Dirumah peningalan orang tuanya yang sudah reot itu, Mariati coba terus bertahan seadanyaTapi belakangan, warga yang prihatin melihat kondisi Mariati secara gotong royong mendirikan tempat tinggal untuknya. Hasil swadaya masyarakat, akhirnya bangunan berukuran 3x4 m berdinding tepas beratap rumbia berhasil didirikan.
Kini di tempat itulah Mariati berteduhNamun, setelah puluhan tahun tidak mendapat perbaikan, gubuk itupuan nyaris ambruk seiring dengan bertambahnya usia Mariati"Memang pihak desa pernah datang meninjau gubuk Mariati yang menjanjikan perbaikan alias membantu pemugarannya, sayangnya semua itu janji tinggal janji," kata seorang warga yang merasa prihatin akan nasib Mariati.
Kalau dulu Mariati masih bisa mengerakkan tubuhnya dengan bebas, tapi karena penyakit gatal-gatal tersebut kian parah membuat tubuh gadis tua itu hanya bisa berjalan kedepan dan kebelakang dapur saja karena sudah kaku" Dulu dia masih mau bertandang kerumah jiran, tapi sekarang tidak lagi, mungkin dianya malu, apalagi penyakit kulitnya itu sudah membusuk dan mengeluarkan bau," tambah warga ini lagi seraya mengaku badan Mariati sudah busuk sebagian.
"Tempat tinggal Mariati jelas sangat tidak layak, sebab di rumah itu semuanya, seperti memasak dia di tempat tidurnya, jadi jelas sangat tidak layak," ungkapnyaKarena tidak adanya uang, membuat penyakit Mariati hanya diobati dengan orang pintar saja tanpa sentuhan medis"Kalau kata orang-orang, dari umur dua tahun saya udah kena penyakit gatal-gatal ini," aku Mariati dengan tatapan kosong.
"Kalau ditanya keinginan saya untuk sembuh dari penyakit yang menyiksa ini jelas itu sering terbayang, tapi bagaimana mungkin, sementara saya tidak punya uang untuk biaya berobatnya, jangankan mikir berobat, buat makan saja dikasih orang," tambahnya"Ada yang bilang penyakit saya ini kanker kulit, tapi apapun itu yang pasti penyakit ini belum pernah diperiksan ke Medis, makanya saya sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari pemerintah Langkat meringankan beban saya ini," jelas Mariati.
Walau penyakit gatal tadi begitu menganggu, tapi Mariati tidak mau berpangku tangan dan pasrah begitu saja akan nasibnyaLantas, wanita yang kelihatan seperti sudah berusia enam puluh tahunan inipun mengambil upahan membuat gelang sapu lidi yang diantar warga ke rumahnya.
"Untunglah masih ada warga yang kasihan dan mau membantu saya dengan mengantarkan kerjaan tangan membuat gelang sapu lidi ini, kalau tidak apa yang bisa saya kerjakan, walaupun hasilnya tidak seberapa, paling tidak bisa mengisi waktu saya," tandasnya.
Mariati menyebutkan bahwa dalam sehari dia biasa menadapat upah sebesar Rp.3000 rupiah jika menyelesaikan 500 gulung gelang sapu lidi"Uangnya tidak cukup buat kebutuhan, tapi harus disyukuri karena dapatnya cuma segitu ," kata Mariati.(wis/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Desa Terpencil, Dahlan Tetap Dirut PLN
Redaktur : Tim Redaksi