jpnn.com, JAWA TENGAH - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada 2023 lalu lebih dari 500 ribu orang.
Angka itu diketahui berdasarkan data yang dikeluarkan Kemenkes dibantu oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
BACA JUGA: Penganiaya Anak-Anak Panti Asuhan Fisabilillah Ternyata Pengidap HIV
Mereka mengatakan jumlah orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia sejak September 2023 diperkirakan mencapai 515.455 orang.
Dari jumlah tersebut, sekitar 88% atau 454.723 orang sudah mengetahui status HIV mereka.
BACA JUGA: Dokter Liliana: Diskriminasi dan Kebencian Jadi Pembunuh Pengidap HIV-AIDS
HIV/AIDS menjadi salah satu penyakit yang cukup banyak diderita dan selalu bertambah setiap tahun.
Penyakit itu dikatakan bisa menular ke sesama orang. Lantas bagaimana cara cara penularan HIV/AIDS serta obat yang dapat dikonsumsi oleh penderitanya.
BACA JUGA: Konsisten Edukasi Karyawan Soal P2 HIV/AIDs, Sido Muncul Raih Penghargaan dari Kemenaker
Bagaimana cara penularan dari penyakit HIV/AIDS?
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Jawa Tengah dengan alamat website idijawatengah.org menjelaskan penyakit HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
HIV menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
- Kontak seksual
Penularan utama terjadi melalui hubungan seksual tanpa pelindung (tanpa kondom) dengan pasangan yang terinfeksi.
Ini termasuk hubungan seksual vaginal, anal, dan, meskipun lebih jarang, oral.
- Penggunaan jarum suntik bersama
Berbagi jarum suntik atau alat injeksi dengan seseorang yang terinfeksi HIV, sering terjadi di kalangan pengguna narkoba suntik.
- Transfusi darah dan produk darah
Meskipun risiko ini telah berkurang drastis berkat protokol skrining yang ketat, penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi.
- Terinfeksi sejak lahir
Seorang ibu yang terinfeksi HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada bayinya selama kehamilan, saat melahirkan, atau melalui ASI.
HIV tidak menyebar melalui kontak biasa seperti berjabat tangan, berpelukan, atau berbagi peralatan makan, kecuali jika ada luka terbuka atau kondisi tertentu pada mulut penderita.
Apa saja obat yang direkomendasikan terhadap pengidap penyakit HIV/AIDS?
Pengobatan untuk pengidap HIV/AIDS umumnya dilakukan dengan menggunakan obat antiretroviral (ARV). Ini bertujuan untuk mengendalikan infeksi virus HIV, memperlambat perkembangan penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berikut adalah beberapa jenis obat yang direkomendasikan meliputi:
- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs)
Obat-obatan ini bekerja dengan cara memblokir enzim reverse transcriptase yang diperlukan oleh virus untuk menggandakan diri.
Contoh NRTI seperti Zidovudine (AZT) yang berfungsi AZT adalah obat pertama yang disetujui untuk mengobati HIV.
Obat ini termasuk golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI).
- Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTIs)
NNRTIs juga memblokir enzim reverse transcriptase, tetapi dengan mekanisme yang berbeda dari NRTIs. Contoh NNRTI seperti Efavirenz.
Efavirenz adalah obat resep yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk pengobatan infeksi HIV pada orang dewasa dan anak-anak. Efavirenz selalu digunakan dalam kombinasi dengan obat HIV lainnya.
- Protease Inhibitors (PIs)
Obat-obatan ini menghambat enzim protease yang diperlukan oleh virus untuk memproduksi partikel virus baru.
Kombinasi lopinavir dan ritonavir digunakan bersama obat lain untuk mengobati infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
Lopinavir dan ritonavir termasuk dalam golongan obat yang disebut inhibitor protease.
Obat itu bekerja dengan cara mengurangi jumlah HIV dalam darah.
Pengobatan HIV/AIDS harus dilakukan secara teratur dan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah perkembangan resistensi terhadap obat dan menjaga viral load tetap rendah.
Pasien perlu menjalani pemantauan rutin untuk menilai efektivitas pengobatan dan kesehatan sistem kekebalan tubuh.
Diketahui, Ikatan Dokter Indonesia Organisasi didirikan pada 24 Oktober 1950. IDI berfungsi untuk menaungi dan mengembangkan profesi kedokteran di seluruh Indonesia, serta berafiliasi dengan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
IDI Jawa Tengah merupakan salah satu cabang dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang merupakan organisasi profesi bagi dokter di wilayah Jawa Tengah.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mendukung pengembangan profesi kedokteran, serta melindungi kepentingan anggota dan masyarakat dalam bidang kesehatan.
IDI Jawa Tengah memiliki sekitar 20.000 anggota yang tersebar di 34 cabang di seluruh provinsi.
Anggota IDI diharapkan untuk mengikuti kode etik kedokteran dan berpartisipasi dalam program-program yang ditawarkan oleh organisasi. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko PMK Apresiasi Sinergi Pemerintah-Swasta dalam Penanganan HIV/AIDS di Mimika
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, JPNN.com