IHSG Berpotensi Tembus Level 6.000

Sabtu, 28 Januari 2017 – 07:49 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com -Pasar saham Indonesia diperkirakan menguat cukup signifikan mencapai level psikologis 6.000.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 1,11 persen sepanjang pekan ini

BACA JUGA: Saham Perusahaan Bakrie Kembali Diperhitungkan

Pada penutupan perdagangan, Jumat (27/1), IHSG sebenarnya ditutup terkoreksi tipis 4,793 poin atau 0,090 persen ke level 5.312,840.

Sedangkan indeks LQ45 berkurang 2,60 poin atau 0,29 persen ke level 886,62. Meski begitu, investor asing justru mencatatkan pembelian bersih Rp 379,9 miliar.

BACA JUGA: Sejak Awal Tahun, Asing Catat Net Sell Rp 1,156 Triliun

Secara kumulatif, sepanjang pekan ini capital inflow hasil pembelian bersih oleh investor asing Rp 732 miliar.

Rata-rata nilai transaksi saham secara harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang pekan ini naik 17,65 persen menjadi Rp 6,32 triliun jika dibandingkan dengan Rp 5,37 triliun pada pekan sebelumnya.

BACA JUGA: Dolar Rebound, Rupiah-IHSG Kompak Melemah

Volume saham diperdagangkan secara rata-rata harian melesat 65,9 persen menjadi 21,29 miliar saham bila dibandingkan dengan 12,83 persen.

Frekuensi transaksi perdagangan naik 14,78 persen menjadi 340 ribu kali kalau dibandingkan dengan 297 ribu kali.

Pengamat pasar modal dari Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menyebutkan, jika mampu mencapai level 5.350 sebagai level resistance terdekat, IHSG berpotensi melanjutkan kenaikan ke level 5.450–5.500.

’’Saya punya model yang memperlihatkan sampai akhir Februari dan awal Maret IHSG secara teknis akan naik. Secara cyclical ya. Secara teknis juga,’’ ungkapnya ditemui di gedung BEI.

Di luar itu, investor memang sedang menunggu laporan keuangan emiten untuk kinerja setahun penuh 2016.

Namun, dari beberapa yang sudah dirilis, potensinya cukup positif.

’’Ini terkait dengan tahun lalu. Sejak Januari sampai Desember 2016, harga komoditas naik terus. Ekonomi kita banyak dipengaruhi harga komoditas itu,’’ katanya.

Tahun ini, harga komoditas diperkirakan tetap stabil di harga yang sudah diraih. Setelah kenaikan itu, masih ada peluang naik lagi.

Harapan kian positifnya pasar saham juga makin kuat.

Sebab, di banyak daerah, dampak dari kenaikan harga komoditas adalah meningkatkan daya beli masyarakat.

Meski begitu, kata Alfatih, mau tidak mau kebijakan di Amerika Serikat (AS) juga tetap perlu diperhatikan.

Terutama dalam konteks perang bersama Tiongkok dari sisi ekonomi.

’’Berdasar analisis di Samuel itu diperkirakan ketika AS ingin berupaya melakukan proteksi, tapi dia (Trump, Red) kan orang bisnis, kesannya adalah proteksi untuk menaikkan daya negosiasi,’’ ungkapnya.

AS saat ini terbuka untuk perdagangan bebas. Sebaliknya, Tiongkok masih dinilai lebih tertutup.

Padahal, Negeri Panda itu juga berkepentingan besar terhadap AS terkait dengan ekspornya.

Saat AS benar-benar menutup, Tiongkok akan mengalami kesulitan. ’’Ketika itulah terjadi negosiasi,’’ terangnya.

Bagi global, termasuk Indonesia, situasi itu sebenarnya membawa keuntungan serta akan berdampak pada kenaikan harga komoditas.

Sebab, permintaan bahan komoditas berpotensi naik, terutama dari AS.

’’Ketika AS ingin meningkatkan produksi, harga komoditas akan naik. Tapi, ini sebenarnya bahan untuk nego ulang agar Tiongkok membuka diri,’’ paparnya.

Alfatih memiliki outlook positif terhadap pasar saham tahun ini.

Namun, belanja pemerintah, terutama untuk infrastruktur, masih lambat. Selebihnya positif.

Terlebih, pada pertengahan 2017, rating dari S&P untuk Indonesia diproyeksikan naik menjadi investment grade.

’’Samuel dan beberapa sekuritas lain menargetkan IHSG tahun ini berada di level 6.000,’’ tuturnya. (gen/c14/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Berpotensi Sundul Posisi 5.400


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
IHSG  

Terpopuler