Saham Perusahaan Bakrie Kembali Diperhitungkan

Kamis, 26 Januari 2017 – 09:39 WIB
Ilustrasi. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Saham tambang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali ramai ditransaksikan seiring dengan naiknya harga komoditas, terutama batu bara.

Saham BUMI kembali menduduki deretan 45 saham paling likuid dalam indeks LQ45.

BACA JUGA: Sejak Awal Tahun, Asing Catat Net Sell Rp 1,156 Triliun

Sempat perusahaan milik keluarga Bakrie itu bersandar di harga terendah, yaitu Rp 50.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan susunan penghuni indeks LQ45 terbaru pada periode Februari–Juli 2017 kemarin (25/1).

BACA JUGA: Dolar Rebound, Rupiah-IHSG Kompak Melemah

Ada tiga saham yang tersingkir. Dua saham berasal dari grup Lippo dan satu dari grup MNC.

Dari grup Lippo, dua saham yang tersisih dari daftar indeks saham yang biasanya termasuk paling favorit di pasar saham Indonesia tersebut adalah PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

BACA JUGA: IHSG Berpotensi Sundul Posisi 5.400

Dari grup MNC, ada saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR).

BUMI menjadi salah satu pengganti bersama saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT PP Properti Tbk (PPRO).

Khusus untuk BUMI, kembalinya perusahaan tambang dengan aset cadangan batu bara terbesar itu cukup fenomenal sekaligus mengejutkan.

 BUMI pernah terpuruk karena utang segunung. Akibatnya, harga sahamnya sempat bersandar di level Rp 50.

Kali terakhir saham BUMI masuk indeks LQ45 lagi pada periode Agustus 2013–Januari 2014.

Pada penutupan perdagangan saham 2015, saham BUMI sudah bersandar di batas terendah tersebut.

Kalaupun bergerak, harga saham tidak jauh dari situ, kemudian bergerak di kisaran level Rp 60-an sampai Oktober 2016.

Setelah itu, saham BUMI terlihat mulai merangkak naik seiring kenaikan harga komoditas, termasuk batu bara.

Mulai akhir Oktober 2016, harganya mencapai level psikologis Rp 100.

Pada penutupan perdagangan kemarin, saham BUMI naik enam poin (1,25 persen) ke level Rp 486 per saham.

Volume saham yang ditransaksikan mencapai 1,192 miliar saham dan sempat menyentuh level Rp 482 per saham.

Analis pasar modal Aria Santoso mengungkapkan, likuiditas saham BUMI menjadi pertimbangan BEI memasukkan kembali ke daftar indeks LQ45.

’’Walau, kami lihat kondisi sekarang kan masih negatif (kinerja BUMI, Red). Tapi, karena dari sisi sentimen harga komoditas dan restrukturisasi utang jadi satu cerita menarik dari para investor untuk ke depan maka terlihat lebih cerah,’’ ujarnya di gedung BEI.

Aria menilai harga saham BUMI saat ini cukup representatif atas valuasi perusahaannya.

’’Secara fundamental, kalau kami hitung valuasinya di atas (Rp 400) itu dengan acuan harga komoditas sekarang. Kalau harga komoditasnya turun lagi, ya jeblok lagi,’’ katanya.

Dengan harga batu bara yang saat ini berkisar USD 86,23 per ton pada Januari 2017 (harga batu bara acuan Kementerian ESDM), kata Aria, saham BUMI masih berpotensi menuju Rp 560 per saham.

Namun, harga saham BUMI harus melewati level resistance Rp 490 lebih dulu. (gen/c14/sof)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Prediksi Support dan Resistance IHSG


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
IHSG  

Terpopuler