JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang terperosok kembali ke zona merahItu terjadi menyusul keputusan pemerintah Tiongkok menaikkan suku bunga
BACA JUGA: Investor Bursa Tolak IPO Garuda
Selain itu, laporan keuangan emiten 2010 di luar ekspektasi pelaku pasar”Secara teknikal indeks masih akan tertekan
BACA JUGA: Penjualan BMW Sport Naik 100 Persen
Apalagi, investor mulai resistence terhadap kenaikan suku bunga yang diambil pemerintah Tiongkok,” tukas Billy Budiman, Head of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Securities, ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (9/2)Indeks sebut Billy berpotensi tergelincir ke posisi 3370 untuk support dan 3380 untuk resistence
BACA JUGA: Maret, BEI Dapat Sertifikat Halal
Kejatuhan Indeks akan mendapat pertolongan dari kemungkinan bangkitnya saham-saham perbankanSektor perbankan menjadi satu-satunya penyelamat dari kehancuran indeks ke level lebih dalam”Ada juga dari sektor sektor pertambanganTetapi, pengaruhnya masih lebih kuat saham-saham perbankan,” tukas BillySektor pertambangan masih menunggu geliat indeks Dow JonesApalagi, Dow Jones bergerak menguat kemungkinan besar sektor pertambangan akan terkena imbasnyaSebab, selama ini sektor pertambangan mendapat keuntungan dan dukungan dari kenaikan harga minyak dunia”Masih menunggu kemungkinan bursa Wall Street terutama Dow Jones,” ulasnya
Saham pertambangan yang masih laik koleksi antara lain PT Bukit Asam (PTBA), Aneka Tambang (ANTM), Bumi Resources (BUMI), Indo Tambangraya Megah (ITMG)Sementara dari sektor perbankan adalah PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI) dan, PT Bank Tabungan Negara (BBTN) serta PT Bank Jabar Banten (BJBR)
”Sebaiknya investor ekstrawaspada saja menghadapi situasi kurang menentu iniJangan lengah amati setiap perkembangan yang ada di market,” pungkasnya”Naga-naga indeks masih akan terkoreksiTetapi, ada kemungkinan untuk rebound meski belum bisa dijamin sepanjang perjalan berlangsung mulus,” tambah Viviet S Putri, Analis Anugerah Sekurindo Indah, ketika dihubungi secara terpisah
Menutup perdagangan, Rabu (9/2), Indeks anjlok 42,462 poin (1,23 persen) ke level 3.417,471Sementara Indeks LQ45 turun 10,384 poin (1,71 persen) ke level 599,641Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 84.137 kali pada volume 4,217 miliar lembar saham senilai Rp 4,484 triliun
Sebanyak 51 saham naik, 183 saham turun dan 66 saham stagnanTransaksi investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign nett sell) sebanyak Rp 444,034 miliar di seluruh pasar
Berikut kondisi bursa-bursa di AsiaIndeks Komposit Shanghai melemah 25,80 poin (0,92 persen) ke level 2.773,16Indeks Hang Seng anjlok 320,27 poin (1,36 persen) ke level 23.164,03Indeks Nikkei 225 turun tipis 18,15 poin (0,17 persen) ke level 10.617,83Indeks Straits Times jatuh 37,18 poin (1,17 persen) ke level 3.148,18.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Mayora (MYOR) naik Rp 200 ke Rp 11.250, Nipress (NIPS) naik Rp 175 ke Rp 3.875, Bank Pan (PNBN) naik Rp 160 ke Rp 1.270, dan Telkom (TLKM) naik Rp 100 ke Rp 7.800Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam katagori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.050 ke Rp 34.650, Astra Internasional (ASII) turun Rp 600 ke Rp 48.250, Astra Agro Lestari (AALI) turun Rp 550 ke Rp 21.650, dan Multibreeder (MBAI) turun 550 ke Rp 12.000(far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rokok Putih Bakal Rebut Pasar Rokok Kretek
Redaktur : Tim Redaksi