IIF Merilis Data Utang Global, China Pecah Rekor, Sebegini Angkanya

Kamis, 16 September 2021 – 06:10 WIB
IIF merilis data utang global terkini. China menjadi sorotan karena naik ke rekor tertinggi. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Institute of International Finance (IIF) merilis data utang global terkini.

Direktur Penelitian Keberlanjutan IIF Emre Tiftik menyatakan utang global melonjak ke rekor tertinggi baru hampir USD 300 triliun pada kuartal kedua.

BACA JUGA: Utang Indonesia Aman, Kurs Rupiah Hari Ini Ikut Menanjak

Total tingkat utang, yang meliputi utang pemerintah, rumah tangga serta korporasi dan bank, naik USD 4,8 triliun menjadi USD 296 triliun pada akhir Juni.

Angka itu terbentuk setelah sedikit menurun pada kuartal pertama, menjadi USD 36 triliun di atas tingkat sebelum pandemi.

BACA JUGA: Berita Terkini soal Utang Luar Negeri Indonesia, Ada Kabar Baik

"Jika pinjaman berlanjut pada kecepatan ini, kami memperkirakan utang global akan melebihi 300 triliun dolar AS," kata Emre, Selasa (14/9).

IIF merilis kenaikan tingkat utang adalah yang paling tajam di antara negara-negara emerging-markets, dengan total utang naik USD 3,5 triliun pada kuartal kedua dari tiga bulan sebelumnya.

BACA JUGA: Orang Indonesia Hobi Utang dari Pinjol, Ini Buktinya

Angkanya mencapai hampir USD 92 triliun.

Sebagai tanda positif untuk prospek utang, IIF melaporkan penurunan rasio utang terhadap PDB global untuk pertama kalinya sejak pecahnya krisis virus corona.

Utang sebagai bagian dari PDB turun menjadi sekitar 353 persen pada kuartal kedua, dari rekor tertinggi 362 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.

IIF mengatakan bahwa dari 61 negara yang dipantau, 51 mencatat penurunan tingkat utang terhadap PDB, sebagian besar didukung oleh rebound yang kuat dalam kegiatan ekonomi.

Namun, lembaga itu menambahkan bahwa dalam banyak kasus pemulihan belum cukup kuat untuk mendorong rasio utang kembali di bawah tingkat pra-pandemi.

Menurut IIF, total rasio utang terhadap PDB tidak termasuk sektor keuangan yang berada di bawah tingkat pra-pandemi, hanya di lima negara: Meksiko, Argentina, Denmark, Irlandia, dan Lebanon.

China telah mengalami kenaikan yang lebih tajam dalam tingkat utangnya dibandingkan dengan negara-negara lain.

Sementara utang negara-negara emerging-markets tidak termasuk China naik ke rekor tertinggi baru pada USD 36 triliun pada kuartal kedua, didorong oleh kenaikan pinjaman pemerintah.

IIF mencatat bahwa setelah sedikit penurunan pada kuartal pertama, utang di antara negara-negara maju, terutama kawasan Uni Eropa naik lagi pada kuartal kedua.

Di Amerika Serikat, akumulasi utang sekitar USD 490 miliar adalah yang paling lambat sejak awal pandemi, meskipun utang rumah tangga meningkat pada rekor kecepatan.

Secara global, utang rumah tangga naik USD 1,5 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini menjadi USD 55 triliun. IIF mencatat bahwa hampir sepertiga negara dalam studinya melihat peningkatan utang rumah tangga di paruh pertama.

"Kenaikan utang rumah tangga sejalan dengan kenaikan harga-harga rumah di hampir setiap ekonomi utama di dunia," kata Tiftik dari IIF.

Total penerbitan utang berkelanjutan sementara itu telah melampaui USD 800 miliar tahun ini, kata IIF, dengan penerbitan global diproyeksikan mencapai USD 1,2 triliun pada 2021. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler