jpnn.com, JAKARTA - Ikan makerel dalam kaleng termasuk jenis makanan yang digemari di tanah air sehingga menjadi salah satu komoditas utama impor produk perikanan oleh Indonesia.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sepanjang 2017 impor ikan mencapai USD 93,83 juta (sekitar Rp 1,2 triliun).
BACA JUGA: BBPOM Jamin Surabaya Aman dari Ikan Kaleng Bercacing
Jumlah itu melonjak signifikan dibanding realisasi impor pada 2016 yang sebesar USD 56 juta.
Ikan yang biasa hidup di laut dalam tersebut memang bukan jenis ikan tropikal sehingga tidak ada di laut wilayah Indonesia. Sumber pasokan utama impor makerel adalah Tiongkok.
BACA JUGA: Konsumen Masih Trauma dengan Cacing di Ikan Kaleng
Berdasar data GLOBEFISH yang dikeluarkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada 28 Maret 2018, Tiongkok tercatat mengekspor 45.100 ton ikan makerel ke Indonesia sepanjang Januari hingga September 2017.
Data itu juga menyebutkan bahwa Indonesia adalah pasar ekspor terbesar makerel bagi Tiongkok.
BACA JUGA: Efek Temuan Cacing, Usaha Pengalengan Ikan Oleng
Di urutan kedua, ada Filipina yang menyerap ikan makerel dari Tiongkok sebanyak 40.600 ton. Berikutnya adalah Thailand dengan 15.400 ton.
Yang menarik, mayoritas ikan makerel yang diekspor Tiongkok ke Indonesia berasal dari Norwegia.
Negara Skandinavia itu memang produsen utama ikan makerel dunia. Sepanjang Januari-September 2017, Norwegia mengekspor 129.600 ton ikan makerel yang mayoritas diserap Tiongkok.
Artinya, pada saat bersamaan, Tiongkok menjadi pengimpor ikan makerel terbesar dari Norwegia sekaligus eksporter terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Dengan demikian, meski secara statistik ikan makerel yang diolah di Indonesia berasal dari Tiongkok, mayoritas ikan itu berasal dari Norwegia.
Sementara itu, Kasatgas Pangan Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan, penarikan ikan makerel kalengan bercacing tersebut tentu tidak bisa dilakukan BPOM sendiri.
Bila dimintai bantuan, Polri siap untuk terjun membantu memastikan penarikan telah dilakukan. "Utamanya di daerah-daerah pelosok," ujarnya.
Bukan hanya Satgas Pangan Polri, setiap kepala satuan wilayah, misalnya Kapolres, juga akan membantu.
Setyo menambahkan, setiap Kapolres juga bisa menerjunkan semua anggota bersama BPOM untuk mendeteksi penarikan sudah 100 persen atau belum.
"Jangan sampai masih ada yang diperjualbelikan. Masyarakat yang terancam," tegasnya. (lyn/tau/idr/c9/kim/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Razia, Dinkes Temukan Cacing Hidup di Dalam Ikan Kaleng
Redaktur & Reporter : Natalia