jpnn.com, WASHINGTON - Anjing menggonggong kafilah berlalu. Peribahasa itu klop dengan Presiden AS Donald Trump dalam menjalankan pemerintahan. Ketimbang memikirkan amarah masyarakat perbatasan, Trump lebih peduli kepada konstituen konservatif yang terus menagih janji kampanyenya. Yakni, tembok sepanjang perbatasan selatan.
Mungkin mimpi itu bisa terwujud sebentar lagi. Meskipun, bukan dari cara yang diinginkan suami Melania Trump tersebut. Sebab, prediksi anggaran negara yang disepakati tak sesuai dengan tuntutan awal Trump.
BACA JUGA: Ambisi Donald Trump dan Nestapa Warga Meksiko di Pinggir Tembok
"Itulah yang sedang kami usahakan," ujar anggota Dewan Demokrat Lucille Roybal-Allardone, salah seorang negosiator anggaran, kepada New York Times.
Sebelumnya Trump menuntut kongres AS agar menyetujui usul anggaran pembangunan tembok senilai USD 5,7 miliar (Rp 80 triliun). Usul tersebut tidak disetujui Dewan Perwakilan AS yang diduduki kubu Demokrat dan berujung kepada shutdown parsial selama 35 hari.
BACA JUGA: Kota-Kota Perbatasan Tolak Kebijakan Presiden Trump
Shutdown terlama sepanjang sejarah itu berakhir setelah politisi Republik marah dan menekan Trump. Akhirnya, kedua kubu dalam kongres diberi waktu tiga minggu untuk membuat kesepakatan.
Kamis lalu (7/2) komite negosiasi mengatakan sudah dalam tahap final. Namun, prediksi yang muncul bahwa anggaran tembok tidak akan lebih dari USD 2 miliar (Rp 27 triliun). Mendekati tawaran pertama dari Demokrat, yakni USD 1,6 miliar (Rp 22 triliun).
BACA JUGA: 8 Kebohongan Trump dalam Pidato State of the Union
"Kami jelas tak akan setuju anggaran pembatas lebih dari USD 2 miliar," tegas Evan Hollander, Jubir Fraksi Demokrat Dewan Perwakilan AS.
Yang perlu ditekankan, kesepakatan itu tak akan menghalangi Trump. Saat ini dia mencari cara untuk memperoleh dana yang bisa digunakan tanpa persetujuan kongres. (bil/c4/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pidato Tahunan, Trump Ajak Amerika Intoleran kepada Imigran
Redaktur & Reporter : Adil