jpnn.com, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa merespons ucapan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Andi Widjajanto yang mengatakan lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, rentan terhadap ancaman serangan udara dari luar.
Menurut Jenderal Andika, TNI masih memiliki kekurangan apabila dilihat dari aspek alat utama sistem senjata (alutsista). Bukan hanya alutsista dari sisi matra udara, melainkan juga darat dan laut.
BACA JUGA: 10 Oknum TNI Tersangka Kasus Kerangkeng Manusia, Komnas HAM Apresiasi Jenderal Andika
"Memang kalau dilihat dari alutsista, kita memang masih kurang banyak sekali. Bukan hanya di udara, tetapi juga di matra darat dan matra laut," kata Jenderal Andika di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (23/5).
Namun demikian, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini berterima kasih kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemham) yang telah melakukan pengadaan alutsista semaksimal mungkin.
BACA JUGA: Penyidikan Kasus Kerangkeng Manusia Terus Berjalan, Jenderal Andika: 10 Oknum TNI jadi Tersangka
Dia menyatakan pemerintah telah berusaha memberikan yang terbanyak sesuai dengan kondisi keuangan negara yang ada. “Yang jelas, tidak ada pemerintah yang kemudian tidak berusaha maksimal dalam memberikan anggaran, termasuk pemerintah presiden saat ini," ungkap Jenderal Andika.
Sebelumnya, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Andi Widjajanto mengatakan lokasi IKN Nusantara di Penajam Paser Utara, Kaltim, rentan terhadap ancaman serangan udara dari luar.
BACA JUGA: Luhut Binsar: IKN akan Menjadi Kota Kelas Dunia Bagi Semua Orang
"Secara geografis, Ibu Kota Nusantara memiliki kerentanan tinggi terhadap ancaman eksternal, khususnya yang bersumber dari udara," kata Andi Widjajanto saat menyampaikan orasi ilmiah di Lemhannas, Kamis (19/5).
Oleh karena itu, Andi meminta agar kapasitas anti-access/area-denial (A2/AD) di sekitar IKN perlu diperkuat. Dia menambahkan pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan Timur perlu disertai perubahan paradigma pertahanan.
"Selama ini, pertahanan Indonesia cenderung berfokus pada pertahanan berbasis darat dengan mengandalkan strategi pertahanan mendalam (in-depth defense)," kata mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) ini. Menurut Andi, paradigma itu dinilai tidak lagi optimal karena tidak sejalan dengan posisi geografis serta topografi IKN Nusantara. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi