Ikut Tarawih Dengan Madzhab Hambali

Kamis, 02 September 2010 – 01:10 WIB

SUDAH tiga kali saya lebaran idul fitri di Tiongkok, tapi baru sekali ini merasakan salat tarawih di sanaDua hari berturut-turut saya ke masjid Niu Jie, masjid terbesar di Beijing

BACA JUGA: Memikirkan 1.000 Kematian Sebulan

Awal bulan puasa ini saya memang harus ke Tiongkok untuk cek kesehatan
Yakni tepat setelah tiga tahun saya menjalani transplantasi hati di Tianjin

BACA JUGA: Risiko Dihujat

Sudah sembilan bulan saya tidak cek kesehatan lantaran banyaknya urusan di PLN


Setelah selesai cek kesehatan, saya memang ke Beijing untuk mengadakan pertemuan dengan berbagai perusahaan besar yang ada kaitannya dengan PLN

BACA JUGA: Dua Tangis dan Ribuan Tawa

Sebagai Dirut PLN saya berkepentingan untuk mendesak mereka agar proyek-proyek 10.000 MW itu cepat selesaiSaat di Beijing inilah saya ingin berbuka puasa di masjid Niu JieSudah beberapa kali saya ke masjid ini tapi baru kali ini tepat di bulan puasaSaya memang ingin berbuka puasa dan salat tarawih di masjid ini

Berbuka puasa di masjid Niu Jie dilakukan di halaman masjidSambil menunggu - berbuka, mereka ngobrol sambil berdiri di halamanSaya bisa ngobrol lebih asyik karena salah satu pengurus masjid itu pensiunan PLN-nya TiongkokDia ahli turbinDia juga banyak tahu soal politik karena termasuk pengurus partai komunis setempat

Berbeda dengan di masjidil haram, Makkah, makanan kecil untuk ta?jil di sini diletakkan di atas mejaBukan lesehan di tikarAda tiga meja tinggi di halaman ituDi atas meja itu disajikan roti coklat dan sedikit kurmaLalu ada teko berisi teh dan gelas-gelas plastikWanita tidak bergabung di siniIsteri saya menyatu dengan jemaah wanita di masjid wanita di sebelah masjid yang bentuk dan arsitekturnya seperti kelenteng ini

Begitu azan berkumandang, saya langsung mencicipi roti dan minum tehAzan dilakukan di halaman dekat pintu depan masjidSaya pikir inilah azan yang tepat, dilakukan di halamanBukan di dalam masjidRupanya semua jemaah sudah berwuduTerbukti begitu azan selesai mereka bergegas masuk masjid

Yang membuat saya tiba-tiba terperangah adalah ini: ketika jemaah mulai pelan-pelan masuk masjid muncullah dari arah bangunan lain, sembilan orang muda berpakaian putih-putih dengan surban berbuntut panjang menjuntai di punggungJalannya tegap dan cepatTidak tolah-tolehTidak pula menyapa jemaah lainMereka berjalan lurus masuk ke masjidLalu berdiri di barisan terdepanSalah satunya mengambil posisi sebagai imam

Oh, mereka memang berbeda dengan jemaah biasaBukan hanya pakaiannyaTapi juga peranannyaMerekalah yang disebut para imamImam di sini memang memegang peran sentralJemaah biasa tidak bisa mengambil tempat di barisan iniBarisan imam ini seperti kelas khusus yang lebih tinggiMerekalah yang mendalami agamaSedang jemaah biasa cukup mengikuti merekaIni agak berbeda dengan di IndonesiaBanyak jemaah biasa di Indonesia yang rajin mendalami pengetahuan agama

Ruangan masjid ini cukup untuk 700 orangDi bagian kiri dan kanan ruangan masjid banyak terdapat meja setinggi meja makan dan kursiSetiap satu kursi ada meja di depannyaDi bagian kiri terdapat sekitar 20 meja-kursiDemikian juga di sisi kanan

Rupanya inilah kursi untuk sembahyang bagi orang yang sudah tidak kuat berdiriOrang tuaMereka sembahyang sambil duduk di kursiSedang meja berlapis kain di depannya tadi untuk landasan bersujudDi masjid ini infrastruktur salat untuk orang tua disediakan sangat cukup

Saya tahu Islam di Tiongkok menganut madzab HambaliSedikit berbeda dengan Islam di Indonesia yang umumnya menganut madzab Syafi?iPerbedaan ini tidak banyakPaling angkat tangannya saja yang hanya sekali sepanjang salatYakni saat takbiratul ikram di awal salatAtau jemaah tidak mengucapkan kata "amin" dengan suara keras dan nada yang panjang saat imam selesai membaca al fatihah

Ucapan "amin" dari jemaah hanya terdengar sangat pendek dan lemahPada rekaat pertama hanya saya sendiri yang mengucap "amin" dengan keras dan panjangTentu terasa aneh dan menonjolPada rekaat kedua saya tidak mengulangi lagi kenyelenehan itu

Ada lagi yang membuat saya kagokBegitu imam mengucapkan salam pertanda salat sudah selesai, seluruh jemaah spontan berdiri dan bubarSebagai orang yang biasa setelah salam masih harus berdoa dan berdzikir, saya kaget melihat ituRasanya seperti tidak sopan atau tidak khusyu"Kalau di Indonesia seseorang melakukan hal seperti itu bisa-bisa cacat sosial: dicap "lam-cat", habis salam meloncat
    
Tapi saya lantas iangat ajaran ini: selesai salat bersegeralah bertebar di muka bumi untuk mencari rizkiRupanya mereka menerapkan ajaran iniKarena ini bulan puasa, maka rizki berupa makanan memang sudah siap diserbuDi halaman lain di luar masjid ini memang sudah disediakan lima meja berikut kursi-kursinyaDi sinilah mereka makan malamBerbagai roti dan kure tersediaYang dari masjid wanita juga bergabung di siniMakan malam ini waktunya amat longgarSebab rangkaian salat tarawih baru akan dilakukan pukul 20.30

Ada dua acara sebelum salat tarawihPada 15 menit pertama, delapan imam yang kembali sudah mengambil posisi di barisan depan itu secara bergantian membaca surat-surat pendek dari bagian akhir Al QuranLima belas menit berikutnya untuk ceramah agama, tentu dalam bahasa MandarinSalah satu imam tampil sebagai penceramahCeramahnya pun langsung menuju isi, tanpa mengucapkan "asalamu alaikum" di awal atau di penutupnya

Tepat jam 21.00 salat tarawih dimulaiKarena 20 rakaat (ditambah 3 rakaat witir) maka jam 22.00 baru selesaiApalagi tiap dua rakaat diselingi pembacaan puji-pujian dari seluruh jemaah, dan setiap empat rekaan puji-pujian itu lebih panjangKarena cukup panjang inilah banyak jemaah yang belum hafalMereka membawa teks di atas kertas satu folio

Puji-pujian ini seperti dalam bahasa ArabTapi telinga saya kurang bisa menangkap apa bunyi sebenarnyaYang jelas bukan salawat nabiSaya penasaran ingin tahuSetelah rakaat kedelapan saya mencoba meminjam teks ituOh, dalam tulisan mandarinApakah puji-pujian itu dalam bahasa Mandarin" TidakSebab setelah saya baca tulisan itu tidak ada artinya dalam bahasa MandarinTernyata tulisannya saja yang Mandarin, tapi bunyinya mirip bunyi huruf ArabRupanya banyak jamaah yang tidak bisa membaca huruf Arab sehingga ditulis dalam huruf Mandarin

Cukup banyak yang tawarih malam ituSekitar 300 orang, termasuk sekitar 30 orang yang menggunakan kursiKali ini tidak sendirian saya "kecele" mengucapkan "amiiin" dalam pengucapan yang keras dan agak panjangDari arah belakang terdengar juga "amiin" yang sama

Setelah tarawih, saya baru tahu ada dua orang asing di situ: satu dari Turki dan satunya lagi dari salah satu negara timur-tengahBeda dengan saya yang segera ikut cara Hambali, dua orang ini terus saja mengucapkan "amiin" dengan suara yang keras dan panjang selama 23 rakaat malam itu

Kini lebih lengkap saya mengikuti cara ibadah madzhab HambaliMulai dari cara berjamaah, berbuka, tarwih, membayar zakat, memperlakukan imam, memperlakukan orang yang meninggal dunia dan ziarah kubur mereka.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler