jpnn.com - JAKARTA - Pakar hadis yang juga Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Profesor KH Ali Mustafa Yaqub mengingatkan siapa saja yang naik haji atau umroh berulang kali berarti menzalimi orang lain. Sebab, hal itu sama saja mempersempit kesempatan bagi muslim lainnya yang bakal naik haji untuk pertama kali.
"Sering naik haji atau umroh sama artinya menzalimi orang lain karena mempersempit orang lain yang belum ke Mekah," kata Mustafa dalam diskusi di pressroom DPR, Senayan Jakarta, Selasa (11/8).
BACA JUGA: Menaker Umumkan 49 Perusahaan Nakal sama Aturan THR
Bahkan, lanjutnya, banyak masyarakat yang memalsukan identitas agar bisa naik haji lebih dari sekali. Padahal Rasulullah Muhammad SAW pun hanya sekali menunaikan ibadah haji.
"Mestinya para ulama mengingatkan jemaahnya bahwa naik haji itu cukup satu kali saja sebagaimana yang dilakukan Rasulullah. Semasa hidupnya, Rasullah punya kesempatan tiga kali untuk melakukan haji. Tapi Rasulullah melakukan ibadah haji hanya satu kali saja," jelasnya.
BACA JUGA: Menko Indroyono Diangap Belum Nyambung dengan 4 Kementeriannya
Kiai kelahiran Batang, Jawa Tengah itu menyesalkan ulah umat Islam di tanah air yang berkali-kali naik haji dan umroh hingga 8 juta orang per tahun sehingga menghabiskan uang USD 5 miliar. Menurutnya, uang itu akan lebih bermanfaat untuk memberdayakan umat Islam yang masih miskin.
"Menurut saya, itu namanya orang Islam buang-buang uang dengan cara berhaji ulang dan umroh. Padahal, kalau diberikan ke anak yatim, jauh lebih besar pahala dan manfaatnya," pungkas Ali Mustafa Yaqub.
BACA JUGA: Ronny Sompie Bakal Gembleng Penyidik Imigrasi agar Makin Galak
Masalahnya, ujar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini, dalam praktiknya justru para ulama mendorong-dorong umat Islam untuk sering-sering naik haji maupun umroh. Sebab, para ulama itu pula yang memiliki biro travel haji dan umroh.
"Jadi ulama juga tidak memberikan contoh yang sudah dilakukan oleh Rasulullah terhadap jemaahnya. Makanya ada istilah kiai pemburu dolar," tegasnya.
Yang lebih memprihatinkan, papar alumnus Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Riyadh ini, banyak kalangan di Indonesia menganggap pergi haji dan umroh masih sebagai ajang menyombongkan diri dan menaikkan status sosial. Ia lantas mencontohkan ketika pada Idul Fitri lalu mendapat ucapan selamat Lebaran dan permohonan maaf melalui pesan singkat dari seseorang yang mengaku tengah berada di samping Kakbah.
“Mestinya, kalau mau minta maaf, ya minta maaf saja, tak ada gunanya juga pakai di samping Kabah. Memangnya setiap kita solat memberi tahu teman kalau kita mau solat?," tanya dia.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Diumumkan Tepat Pukul 7 Sebelum Acara 17 Agustus Dimulai
Redaktur : Tim Redaksi