"Sudah pada batas kronis, dan sangat memalukan sekali
BACA JUGA: Bayar Pensiun PNS, PT Taspen Berutang Rp 7,9 Triliun
Padahal potensi dalam negeri harusnya diberikan perhatianBACA JUGA: 200 Kontainer Ikan Dipulangkan
Impor justru terus meningkatMenanggapi pernyataan Kadin ini, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/3), Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu, membantah bila dikatakan pemerintah memenuhi pangan hanya dari impor
BACA JUGA: Dahlan: PLTN Belum Menjadi Prioritas
Kebijakan impor katanya, memang perlu diambil, guna mempertahankan ketahanan pangan di kondisi tertentu."Kalau bawang sama ikan, itu musimanAda saat-saat tidak panen di dalam negeriSaat itulah kita mengimpor dari luar," kata Mari memberi penjelasan.
Tidak semua pangan dalam negeri, kata Mari pula, diambil dari hasil imporContohnya beras, yang diyakini akan mencapai target swasembadaPemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan), juga disebutkan terus menemukan cara-cara baru dalam meningkatkan produksi dalam negeriDan kalaupun harus melakukan impor, Mari menilai langkah tersebut masih tergolong wajar.
"Menurut saya, sebagian besar (produk pangan) masih dari dalam negeriKecuali yang kita tidak punya, seperti gandumYang penting, bagaimana kita menjaga perdagangan itu adil dan memenuhi standar," tegasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pula, nilai impor non-migas Indonesia tercatat mencapai USD 9,58 miliar, sementara migas hanya USD 2,97 miliarNegara asal impor terbesar Indonesia ialah Cina, yakni sebesar USD 1,82 miliar dengan pangsa pasar 18,95 persenLantas diikuti Jepang sebesar USD 1,38 miliar (14,4 persen), serta Singapura sebesar USD 820 juta (8,55 persen)(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Alternatif Rp 6.500 per Liter
Redaktur : Tim Redaksi