jpnn.com - TEMANGGUNG - Meningkatnya jumlah impor tembakau dari luar negeri, disinyalir menjadi salah satu penyebab tidak stabilnya harga tembakau pada musim panen raya 2015 ini. Semakin meningkatnya impor tembakau ini ditakutkan akan menyingkirkan tembakau lokal.
"Data yang kami himpun, di tahun 2011 impor tembakau hanya berkisar di angka 120 ribu ton dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya menjadi 160 ribu ton pertahun,"kata Agus Parmuji Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) kemarin, Minggu (13/12).
BACA JUGA: Tips Membuat Surat Perjanjian Sewa Rumah
Angka impor tersebut kata Agus, sudah melebihi produksi tembakau lokal yang hanya mencapai 150 ribu ton per tahun. Asumsinya kebutuhan pabrik rokok yang hanya memproduksi 300 miliar batang per tahun itu adalah 300 ribu ton.
"Kami khawatir impor tembakau hanya akan mematikan tembakau lokal dan membuat petani akan semakin merugi,"ujarnya geram.
BACA JUGA: Ubah Tantangan Jadi Kesempatan, INSA Siap Hadapi MEA
Saat ini bisa dibilang sudah lebih dari separuh produksi tembakau nasional diisi oleh tembakau impor dari kebutuhan 300 ribu ton. Hal bisa dilihat dari pasaran rokok mild atau rokok putih yang sudah 70 persen dan dikhawatirkan menggeser rokok kretek.
"Kebutuhan pabrikan nasional itu kan tergantung dari omset penjualan rokok, rata-rata yaitu 300 sekian miliar batang per tahun. Kebutuhan tahun ini di angka 257 ribu ton, produksi nasional kita hanya di sekitar 160 ribu ton, nah sisanya impor dari Zimbabwe, Brazil, Cina," terangnya.
BACA JUGA: Ternyata, Jokowi dan JK Sama-sama Janji Nih, Realisasinya Belum Pak!
Pemerintah kata Agus, dalam 10 tahun terakhir telah membebaskan pajak untuk tembakau impor, keputusan ini sangat merugikan petani, sedangkan saat ini petani tembakau lokal dikeani pajak penghasilan dari tembakau.
"Ini sangat ironis, kondisinya berbalik. Seharusnya itu tembakau impor yang dikenai pajak,"tukasnya
Melihat kenyataan ini APTI lantas menemui menteri perindustrian untuk menangani masalah ini dan sepakat akan bertemu dengan menteri pertanian agar impor tidak memberondong masuk ke Indonesia.
Menurut dia, petani tembakau dari tahun ke tahun harus berhadapan dengan harga yang mengalami pasang surut, ditambah lagi rong-rongan tembakau impor. Jika tidak segera diantisipasi bisa jadi kelak tembakau lokal hanya tinggal nama.
"Tidak menutup kemungkinan, jika kondisinya seperti ini terus, nasib tembakau akan seperti bawang putih lokal yang pada tahun 1994 menjadi primadona kini hilang lantaran tergeser bawang impor," ujarnya.
Imbas dari masuknya tembakau impor secara bebas ini, tambah Agus, sudah mulai terasa di kalangan petani. Terutama pada musim panen raya tahun 2015 ini. Harga tembakau pada musim panen raya sangat tidak stabil, ada petani yang menjual tembakau dengan harga tinggi, tapi tidak sedikit petani yang menjual tembakau jauh dibawah harga produksi.
"Akibatnya petani mengalami kerugian, memang cuaca juga sangat berpengaruh, tapi masuknya tembakau impor juga menjadi ancaman bagi kelangsungan petani,"tandasnya.(Set/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Gembira, Bikin Dada agak Plong
Redaktur : Tim Redaksi