jpnn.com, JAKARTA - Industri aluminium di Indonesia bakal terus digenjot sampai 2025.
Saat ini pemerintah tengah mengupayakan untuk segera menetapkan standar SNI serta menahan masuknya produk impor yang tidak sesuai standar.
BACA JUGA: Produksi Aluminium Indonesia Kalah Jauh dari Malaysia
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Harjanto menyebutkan, peningkatan produksi baja dalam negeri menjadi salah satu cara untuk mengurangi impor.
Dengan begitu, pengeluaran devisa negara dapat dijaga.
BACA JUGA: Saham 3 BUMN dan Freeport Pindah ke Inalum
”Kami juga akan menyusun database produk yang sudah dibuat di dalam negeri dan melakukan kontrol jumlah yang diimpor secara periodik,” ujar Harjanto, Minggu (25/2).
Pentingnya menggenjot produksi aluminium tersebut sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN).
BACA JUGA: Rencana Holding BUMN Direspon Negatif
Dalam hal itu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum merupakan salah satu PSN yang pengembangannya tengah diakselerasi.
Apalagi, Inalum memikul tugas penting sebagai induk dalam holding BUMN pertambangan.
”Kami mengapresiasi selesainya pelaksanaan proyek Inalum pada 2017 yang menghasilkan produk aluminium sebesar 260 ribu ton per tahun,” tutur Harjanto
Total kapasitas tersebut terdiri atas produksi ingot alloy 90 ribu ton, billet aluminium 30 ribu ton, dan aluminium ingot primer 140 ribu ton per tahun.
Di sisi lain, kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 900 ribu ton per tahun.
Menurut Harjanto, akibat jumlah yang tidak berimbang, kebutuhan aluminium dipenuhi dari produk impor.
Pengadaan bahan baku aluminium dari luar negeri pada 2017 mencapai USD 430 juta atau meningkat 26 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa Inalum memproduksi 250.000–260.000 ton aluminium pada 2017.
Rencananya, Inalum ingin meningkatkan produksi menjadi 500.000 ton pada 2021.
’’Peningkatan kami pada 2017 lebih dari 25 persen dibanding 2016,’’ kata Budi. (agf/c20/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembentukan Holding Tambang Dinilai Blunder
Redaktur & Reporter : Ragil