jpnn.com, JAKARTA - PT Inalum (Persero) resmi memimpin holding BUMN pertambangan mulai 29 November 2017.
Inalum akan menjadi induk dari tiga anggota, yakni PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Antam Tbk.
BACA JUGA: Rencana Holding BUMN Direspon Negatif
Holding itu terbentuk berdasar persetujuan tentang perubahan anggaran dasar perseroan terkait perubahan status perseroan dari persero menjadi nonpersero sesuai dengan PP Nomor 47 Tahun 2017 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham PT Inalum.
Selain bergabungnya empat perusahaan, pemerintah resmi mengalihkan saham PT Freeport Indonesia yang dimiliki 9,36 persen ke PT Inalum.
BACA JUGA: Pembentukan Holding Tambang Dinilai Blunder
Keberadaan holding tersebut membuat 65 persen saham PT Antam Tbk dialihkan ke Inalum.
Hal yang sama terjadi pada PT Timah Tbk. Peralihan saham PT Bukit Asam Tbk ke Inalum sebesar 65,02 persen.
BACA JUGA: Dinilai Salahi Aturan, DPR Tolak Holding BUMN
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Budi Gunadi Sadikin menuturkan, holding BUMN pertambangan ditargetkan dapat membuat perusahaan tambang tanah air menjadi berskala global.
’’Beberapa ekspansi siap kami lakukan untuk memperkuat posisi holding,’’ ujarnya saat konferensi pers rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Rabu (29/11).
Dia menjelaskan, holding tambang terus mengembangkan bisnis hilirisasi untuk beberapa produk yang dibutuhkan industri pada masa depan.
’’Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi di media, tetapi juga di sektor pertambangan,’’ katanya.
Budi mencontohkan nikel yang selama ini diketahui hanya dipakai untuk stainless steel.
’’Padahal, nikel bisa digunakan sebagai salah satu bahan baku baterai HP,’’ ungkapnya. Ke depan, pihaknya berniat menyuplai produsen baterai tingkat global.
Setiap perusahaan telah menyiapkan capital expenditure (capex) untuk proyek mereka pada 2018.
PT Antam Tbk akan membuat smelter grade alumina (SGA) dengan kapasitas dua juta ton per tahun.
Feasibility study ditargetkan rampung dalam kurun waktu 4–5 bulan.
Antam juga bakal bekerja sama dengan PTBA untuk suplai listrik berdaya 120 mw di smelter feronikel yang berkapasitas produksi 13.500 mw.
Antam berencana menggelontorkan dana Rp 1 triliun–Rp 1,5 triliun untuk proyek-proyek tersebut.
Di sisi lain, PT Timah berniat membangun dua smelter baru dan ekspansi wilayah kerja untuk meningkatkan cadangan dan produksi perseroan.
PT Bukit Asam akan membangun PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8 dengan daya 2 x 620 mw.
Bukan hanya itu, PTBA juga berniat mengakuisisi PLTU milik Antam. PTBA pun bekerja sama dengan PT Inalum untuk meningkatkan kapasitas Pelabuhan Kertapati dari 3,7 juta TEUs menjadi lima juta TEUs.
’’Kami juga bakal melakukan hilirisasi batu bara menjadi urea, LPG, dan petrokimia melalui gasifikasi,’’ jelas Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin.
Sayangnya, saat ini holding BUMN tambang telah terikat non-disclosure agreement (NDA) terkait dengan pembahasan Freeport.
Meski begitu, holding BUMN tambang menegaskan mampu membeli divestasi saham PT Freeport Indonesia 41,64 persen.
Perseroan juga tetap berkomitmen membangun smelter tembaga dan emas. (vir/c14/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Holding BUMN Dinilai Cacat Hukum, Bu Rini Segera Dipanggil
Redaktur & Reporter : Ragil