Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Michael Tene, di hadapan wartawan di Jakarta, Jumat (18/3), hanya menyebutkan bahwa sejauh ini pemerintah telah merancang dan siap dengan segala langkah, termasuk untuk skenario terburuk sekalipun
BACA JUGA: Longsor, Tujuh Orang Tewas
"Belum, belum ada langkah untuk itu (himbauan tinggalkan Jepang)BACA JUGA: Polisi Temukan 700 Ribu Kondom Curian
Yang jelas, prinsip kita adalah semua harus berdasarkan pertimbangan keselamatan warga," jelasnya.Tanpa menyebut apa dan bagaimana skenario terburuk yang mungkin ada dan sudah disiapkan itu, Michael menyebut bahwa pihak Kemlu sendiri sejauh ini banyak berpedoman pada assessment dari KBRI Tokyo, kondisi di lapangan, serta perkembangan kebijakan pemerintah Jepang sendiri
Sebagaimana diketahui, yang juga berdasarkan pernyataan resmi Pemerintah RI, Indonesia sejauh ini hanya menyerukan beberapa hal (advisory) kepada warganya, baik WNI yang berada di Jepang maupun warga yang berencana akan ke Jepang
BACA JUGA: Khadafi Ngotot Rebut Benghazi
Antara lain bahwa WNI, maupun warga yang berencana hendak ke sana, agar senantiasa berkoordinasi dengan pihak Kemlu, KBRI, serta selalu memantau perkembangan di Jepang (terutama kebijakan dari pemerintahnya)Sementara di luar langkah (evakuasi dan lain-lain) yang dilakukan pemerintah, warga juga diminta untuk waspada dan menjaga keselamatan mereka sebaik-baiknya.Sementara lebih jauh, Michael pun menyebut bahwa untuk radius 50 sampai 100 km, WNI di sana juga sudah dihimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak benar-benar diperlukan, serta tidak membawa ke rumah benda-benda dari luar yang tidak jelas keamanannya (dari radiasi)Akan halnya terhadap pertanyaan mengenai kebijakan screening impor bahan makanan khususnya dari Jepang, Michael mengaku tak bisa memberi jawaban, karena ada instansi lain yang terkait dan lebih punya wewenang untuk itu.
Soal evakuasi warga, Michael sendiri pun di kesempatan itu membeberkan sejumlah data, antara lain bahwa sejauh ini sudah ada tiga gelombang evakuasi WNI yang sampai di IndonesiaMasing-masing yaitu pada tanggal 15 Maret sebanyak 99 orang, 16 Maret (10 orang), serta pada 17 Maret dengan jumlah 19 orangIa pun menjelaskan, bahwa data awal pemerintah soal jumlah WNI yang berada khususnya di daerah rawan (tiga prefektur yakni Miyagi, Iwate dan Fukushima, Red) yang sejumlah 496 orang, belakangan tercatat mencapai 502 orang.
"Dari jumlah itu (502), sebanyak 396 orang sejauh ini sudah bisa dipastikan dalam keadaan selamatRinciannya, masing-masing yakni 280 orang WNI di Miyagi, 77 di Iwate, dan sebanyak 39 WNI di FukushimaItu sebagian malah sudah ada yang dievakuasi ke Indoenesia," paparnya, sembari menggarisbawahi bahwa angka-angka itu tak perlu jadi patokan karena masih akan terus berubah sesuai perkembangan.
WNI yang menjadi korban dalam bencana di Jepang itu sendiri, dari informasi dan catatan, menurut Michael, sejauh ini tidak adaItu di luar dari 4 (empat) orang ABK asal Indonesia di atas kapal Kunimaru 3, yang secara resmi sudah dinyatakan hilang oleh pihak JepangKhusus terhadap keberadaan ABK asal Indonesia di Jepang ini, yang menurut Michael informasi awalnya mencapai 3.000-an orang, diakui termasuk paling sulit memantaunya, terutama lantaran mobilitas (aktivitas perpindahan) mereka yang tinggiMeski begitu, ia memastikan pemerintah Indonesia senantiasa menjalani kerjasama dan komunikasi dengan pihak terkait soal itu, termasuk dengan asosiasi nelayan Jepang(ito/cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Media Minta Liput Kasus Seks
Redaktur : Tim Redaksi