jpnn.com, SURABAYA - Ketua Asosiasi Pengolahan Hasil Hortikultura (Asperhoti) Jatim M. Maulud menyatakan, penerimaan pasar ekspor terhadap buah-buahan tropis sangat tinggi.
Pada semester pertama lalu, buah yang banyak dieskpor adalah sirsak dan jambu.
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Indonesia Defisit Rp 14,6 Triliun
“Sebab, pasokannya lancar,’’ kata Maulud, Selasa (17/7).
Sementara itu, suplai buah-buahan yang sedang tidak musim cenderung seret.
BACA JUGA: Delivery Order Online Dongkrak Ekspor dan Impor
Kalaupun ada, buah-buahan tersebut biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri.
’’Misalnya, alpukat, buah naga, dan nangka sangat sulit karena kurangnya barang yang tersedia,’’ ucap Maulud.
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Surplus, Ekspor Bisa Lebih Baik
Untuk mendorong ekspor, pihaknya bekerja sama dengan para petani, khususnya petani di sentra produksi buah.
’’Jadi, kami ciptakan plasma di daerah-daerah sentra,’’ jelas Maulud.
Antara lain, belimbing dan nanas di Blitar serta sirsak di Kediri.
Dengan demikian, ketika permintaan dari luar negeri tinggi, suplai bisa terjaga.
Meski demikian, ekspor tetap mengalami kendala. Ketika sentra produksi jauh dari tempat pengemasan, biaya akan bertambah.
Sebab, ongkos pengangkutan harus dihitung. Padahal, sentra-sentra produksi tersebar di berbagai daerah.
Sebagai eksportir buah-buahan, Indonesia bersaing dengan negara lain.
Dia menyatakan, Thailand menjadi pesaing terdekat, terutama untuk komoditas manggis.
’’Yang besar permintaannya alpukat, sirsak, dan manggis. Tapi, manggis kadang kalah bersaing dengan Thailand,’’ kata Maulud.
Tak jarang untuk memenuhi kebutuhan manggis, pelaku usaha mengambil pasokan dari luar provinsi. Misalnya, Sumatera Barat.
’’Nah, dari sana dikirim ke sini, disortir lagi. Yang bagus dikirim ke luar negeri,’’ ungkap Maulud.
Untuk manggis, pasar potensial adalah Tiongkok dan Timur Tengah. (res/c20/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Siap Ekspor Hasil Ternak ke Timur Tengah
Redaktur : Tim Redaksi