Indonesia Dukung AS atau Tiongkok? Basarah Beri Usulan Begini

Rabu, 04 Agustus 2021 – 22:18 WIB
Ilustrasi - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah memberikan usulan kepada pemerintah terkait kontestasi Amerika Serikat dengan Tiongkok, sebagai pemegang hegemoni dunia.

Basarah menilai Indonesia sebaiknya tidak ikut arus mendukung salah satu dari kedua negara tersebut.

BACA JUGA: Junimart Dorong KPU Segera Lakukan Hal Terkait Pemilu 2024 ini

Dia mengusulkan Indonesia tetap konsisten mengikuti ajaran politik Bung Karno yang memilih menggalang aliansi negara-negara nonblok saat AS sebagai kampiun demokrasi bersitegang dengan negara-negara blok komunis.

"Indonesia dapat memanfaatkan situasi ini untuk meredakan ketegangan dan mengusung perdamaian, sambil menarik manfaat ekonomi dan manfaat geopolitik dari persaingan global ini," ujar Basarah dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu (4/8).

BACA JUGA: Banyak WNI Akan Pulang dari Malaysia, Penyebabnya Krisis Politik Akibat COVID-19

Dia mengatakan dari sejumlah pemberitaan media internasional, tampak AS dan Tiongkok memang telah memicu ketegangan dunia setelah kedua negara terlibat perang dagang.

Dalam kondisi pandemi, keduanya juga tetap saling menyalahkan dan menarik dukungan politik banyak negara.

BACA JUGA: Said Iqbal Ungkap Data Penting Saat Bertemu Kapolri

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin belum lama ini berkunjung ke Asia Tenggara, sementara di saat hampir bersamaan dilangsungkan latihan tempur gabungan AS bersama negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Ahmad Basarah menilai sangat wajar jika AS melihat Tiongkok sebagai kekuatan baru dunia.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tetap di angka 2,3 persen di akhir 2020 meski seluruh dunia terkena pandemi.

Tiongkok diperkirakan akan menyalip AS sebagai ekonomi terbesar dunia di 2050.

Hal ini akan mengganggu hegemoni AS dan sekutunya.

Berbagai forum internasional seperti KTT G7, NATO, dan Uni Eropa (blok Barat) selalu berfokus pada ancaman Rusia dan Tiongkok di Asia Pasifik.

Bagi AS, kedua negara itu disebut sebagai ancaman ganda.

Tiongkok sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua setelah AS tidak pernah diundang ke semua forum itu.

"Dengan konstelasi dunia yang seperti itu, sebenarnya terbuka peran buat Indonesia untuk aktif mengusulkan semua negara, termasuk Tiongkok, dilibatkan dalam semua pertemuan tingkat dunia itu," ujar Basarah.

Menurut dia, Indonesia sangat layak menjalankan peran perdamaian dunia.

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat sudah tegas mengamanatkan agar Indonesia turut serta mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Di sisi lain, Ahmad Basarah berharap keterlibatan Jerman sebagai sekutu AS mengirim kapal perang ke Laut China Selatan (LCS) tidak menambah panas suhu politik di kawasan sengketa itu.

"Bangsa Indonesia tentu berharap keterlibatan militer Jerman sebagai sekutu AS di Laut China Selatan benar-benar untuk tujuan kebebasan navigasi seperti yang disampaikan Berlin kepada sekutunya, bukan untuk tujuan lain, apalagi untuk menambah panas suhu politik di kawasan sengketa itu," tutur Basarah.

Menurut Basarah, dunia mestinya bersyukur perang dingin antara AS dengan Rusia sudah lewat.

Daripada memunculkan konflik baru sesama penghuni planet bumi, dia menyarankan setiap negara terutama AS dan Tiongkok mencari solusi terbaru untuk menciptakan stabilitas regional dan internasional.

"Semua penghuni planet bumi kini punya musuh bersama bernama siluman COVID-19."

"Musuh saat ini tidak terlihat, tidak mengenal hukum perang, juga tidak mengenal perikemanusiaan. Mengapa tidak semua umat manusia bersatu melawan musuh bersama ini ketimbang perang," pungkas Basarah.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler