Indonesia-Finlandia Kebut Kerja Sama Perubahan Iklim

Rabu, 15 November 2017 – 20:43 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (tengah kiri) saat pertemuan dengan Lingkungan, Energi dan Perumahan Finlandia. Foto: from ppid.menlhk

jpnn.com, BONN - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bertemu dengan Menteri Lingkungan, Energi dan Perumahan Finlandia, Timo Tiilikainen, di kantor DELRI, Bula Zone, Bonn, Jerman, waktu setempat (15/11). Pertemuan ini merupakan penguatan kerja sama bilateral bidang lingkungan hidup dan kehutanan serta negosiasi perubahan iklim.

Menteri Siti menyampaikan bahwa sebagai upaya pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca nasional, bisa dikembangkan kerja sama lebih lanjut dalam riset dan teknologi, serta peningkatan kapasitas.

BACA JUGA: Presiden Jokowi: Indonesia Turunkan Emisi dengan Aksi Nyata

“Indonesia saat ini dalam ambisi pencapaian laporan Paris Agreement, dan diharapkan bisa terbentuk elaborasi untuk portofolio baru, khususnya kerja sama energi terbarukan,” tutur Siti.

Dia juga menyampaikan keinginannya untuk melakukan studi banding terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan di Finlandia, hal ini untuk menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo untuk belajar dari Finlandia, terkait pengelolaan produksi kayu untuk peningkatan perekonomian nasional dan peningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BACA JUGA: Komitmen Indonesia Melawan Sampah Plastik di Laut

Sebagai tahap awal, Indonesia ingin mengundang para peneliti Finlandia untuk berbagi ilmu dan pengetahuan, yang diikuti dengan pertemuan tingkat tinggi (high level).

Selain itu, Menteri Siti mewakili Indonesia menyampaikan apresiasinya atas kerja sama saling dukung dalam pencalonan kedua negara sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (Indonesia 2019-2020; Finlandia 2029-2030).

BACA JUGA: Menteri Siti: Perhutanan Sosial Menjadi Perhatian Dunia

Sementara Menteri Timo menyambut baik harapan kerja sama lebih lanjut dari Indonesia. "Finlandia siap dari segi materi untuk mendukung kegiatan riset dan pengembangan teknologi, serta edukasi publik, karena sebagaimana diketahui kami memiliki banyak institusi pendidikan terkait hal ini. Kami juga ingin menginformasikan bahwa kami memiliki dana pinjaman yang bisa digunakan oleh Indonesia untuk kegiatan-kegiatan tersebut," kata Timo.

Terkait dengan target penurunan emisi GRK nasional di Indonesia, Menteri Timo menyadari bahwa sektor lahan berperan penting dalam pengukurannya, sehingga Indonesia bisa belajar dari Finlandia terkait pengelolaan hutan berkelanjutan, bioenergi, dan kaitannya dengan perubahan iklim.

Dalam pertemuan ini, Menteri Timo juga tertarik untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Indonesia dalam pengelolaan perkebunan sawit. Menanggapi hal ini, Siti Nurbaya menyampaikan bahwa telah ada beberapa upaya untuk pengelolaan sawit berkelanjutan, antara lain dengan moratorium sawit di lahan gambut dan lahan terdegradasi (sejak tahun 2016), sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), penanaman kembali (replanting), re-wetting, dan pengawasan operasional perkebunan sawit.

“Presiden Joko Widodo juga terus menekankan strategi mengembangkan nilai tambah dari sawit jadi bukan hanya minyak, serta meningkatkan produktivitas, karena produksi dari perkebunan kecil hanya 2,6 ton/ha”, jelasnya lebih lanjut.

Dalam COP 23 UNFCCC, Indonesia termasuk ke dalam Group of 77 and China (G-77 and China) dimana anggota grup ini adalah lebih dari 130 negara negara berkembang. Sedangkan Finlandia tergabung ke dalam Grup Negara Uni Eropa bersama 27 negara Uni Eropa lainnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara Pemerintah Indonesia Sukseskan Perhutanan Sosial


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler