jpnn.com, JAKARTA - Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk karbon yang menjadi potensi besar untuk penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).
Indonesia diberkati dengan lokasi geografis dan geologi yang bagus secara strategis berada di kawasan Asia Pasifik, yang mana pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan akan semakin cepat dalam beberapa dekade mendatang.
BACA JUGA: Polisi Daerah Ini Siap Berlakukan Tilang Emisi
Indonesia secara geologis kaya akan akuifer asin (saline aquifer), cocok untuk penyimpanan CO2-dengan kapasitas 80 hingga 100 Giga Ton.
CCS adalah teknologi yang terbukti bisa memungkinkan beberapa sektor dengan emisi tertinggi mengurangi emisinya, seperti industri manufaktur, pembangkit listrik, penyulingan, petrokimia, baja, dan semen serta sangat menjanjikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
BACA JUGA: Mulai 1 September, Kendaraan di Jakarta yang Belum Uji Emisi Akan Ditilang
Hal itu secara signifikan bisa mengurangi jumlah karbon dioksida yang masuk ke atmosfer, membantu mengurangi efek pemanasan global dan mengarahkan Indonesia menuju visi berwawasan hijau.
“Visi kami menjadikan Indonesia sebagai pelopor, pemimpin CCS Hub di kawasan. Kita terus berkolaborasi, sebagai katalisator, menyuarakan dan mendorong percepatan penerapan CCS di Indonesia.,” tegas Dr. Belladonna Troxylon Maulianda, P.Eng, Executive Director Indonesia CCS Center (ICCSC).
BACA JUGA: Tilang Uji Emisi Segera Diberlakukan, Periksa Kendaraan Anda
Namun, penerapan CCS di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan, antara lain berupa tata kelola dan regulasi, kerja sama komersial, fiskal yang atraktif dan bersaing, transportasi karbon, teknologi berskala industri, serta pengembangan CCS Hub di Indonesia, yang menghubungkan berbagai sumber
emisi ke lokasi injeksi di Indonesia.
Menurutnya, kolaborasi dan komitmen aksi yang kuat dari pemerintah Indonesia lembaga akademik, sektor swasta dan masyarakat, berperan penting mendorong penerapan CCS di Indonesia.
Dari sektor industri, PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil menyambut prakarsa kolaborasi ini dengan terus berfokus pada pengembangan solusi inovatif menuju masa depan rendah emisi.
“Salah satu peran aktif Pertamina dalam melakukan implementasi secara aktual terhadap Studi CCS/CCUS telah dibuktikan di Lapangan Jatibarang yang merupakan wilayah kerja Pertamina EP Cirebon Jawa Barat. Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan menggunakan CO2 di lapangan Jatibarang telah menunjukkan indikasi positif dari reservoir terhadap injeksi CO2 dengan metode Huff and Puff. Sistem ini telah dilakukan pada dua sumur di
Lapangan Jatibarang pada bulan Oktober dan Desember 2022. Selanjutnya, akan dilakukan pilot interference 2 wells untuk CO2 flooding dan full field scale CO2 EOR," ujar Direktur Utama PT Pertamina (Perseo), Nicke Widyawati .
Dari sektor swasta ExxonMobil menyatakan akan terus mengkaji potensi CCS Hub di Indonesia.
"Dengan kolaborasi yang baik, Indonesia berpotensi besar menjadi ujung tombak pertumbuhan industri rendah karbon di kawasan. Hal ini memungkinkan Indonesia menjaga pertumbuhan ekonomi sambil menjawab tantangan perubahan iklim,” ujar Carole Gall, President ExxonMobil Indonesia.
Selaras dengan upaya kolaborasi tersebut, ICCSC memprakarsai penyelenggaraan Forum bertajuk International and Indonesia CCS Forum 2023, pada 11-12 September mendatang, di Hotel Mulia Jakarta.
Forum kali ini mengangkat tema “Pioneering The Energy Landscape Decarbonization Future: Harnessing The Power of CCS Globally for A Cleaner Future and Economic Growth. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi