Indonesia Siap Ekspor Kereta ke Sri Lanka

Kamis, 04 Agustus 2016 – 10:46 WIB
Ilustrasi. Foto: Radar Surabaya

jpnn.com - JAKARTA –  Presiden Joko Widodo menjamu Perdana Menteri Sri Lanka dan Presiden Republik Guinea di Istana Merdeka, Rabu (3/8) kemarin. Pertemuan dengan dua kepala negara  tersebut membahas peningkatan perdagangan.

Saat ini Indonesia memang sedang mengincar pasar negara-negara menengah. Jokowi menuturkan, Indonesia sedang menjajaki pasar di sejumlah negara yang sebelumnya tidak tersentuh produk dalam negeri.

BACA JUGA: Proyek British Petroleum Dibiayai BNI

’’Terutama pada negara-negara yang mempunyai penduduk di tengah-tengah. Sekitar 80 juta, 100 juta, dan 60 juta,’’ ujar Jokowi setelah pertemuan bilateral dengan PM Sri Lanka Ranil Wickramasinghe.

Dengan penjajakan tersebut, Indonesia diharapkan tidak lagi memiliki ketergantungan dengan negara-negara yang secara tradisional menjadi tujuan ekspor.

BACA JUGA: Menawan, Sido Muncul Bukukan Penjualan Rp 1,2 Triliun

Jangkauan produk Indonesia pun meluas. Apalagi pertumbuhan ekonomi di negara-negara berpenduduk sedang itu cukup signifikan beberapa tahun terakhir.

Khusus dengan Sri Lanka, Jokowi menyinggung peluang PT INKA untuk mengekspor kereta api ke negara tersebut.

BACA JUGA: 3 Masalah Pelik yang Dihadapi UMKM

’’Kereta api kita, PT INKA ke Bangladesh sudah berjalan. Kini kita ikut lelang lagi di Sri Lanka,’’ lanjut presiden berusia 55 tahun itu. Dia meminta PM Ranil untuk memperhatikan hal tersebut.

Jokowi berharap, PT INKA bisa memenangkan tender tersebut. ’’Kelihatannya sudah diberi lampu hijau,’’ lanjutnya. Hanya, Jokowi tidak menyebut secara detail berapa nilai kontrak yang ditenderkan pemerintah Sri Lanka.

Sementara itu, saat pertemuan dengan Presiden Guinea Alpha Conde, kedua kepala negara membahas kerja sama dagang dan investasi sekaligus pengembangan sejumlah sektor. Presiden Guinea meminta agar investor Indonesia bisa masuk ke Guinea terutama di sektor pertanian dan pertambangan.

Menlu Retno Marsudi menjelaskan, Guinea kaya akan bahan tambang seperti bauksit dan emas. Selain itu, Guinea juga pernah menjadi lumbung padi di kawasan Afrika Barat.

Presiden setuju untuk membantu Guinea meningkatkan kapasitas teknis di bidang pertanian, energi, dan pertambangan. ’’Presiden Conde menyatakan, ada sekitar enam juta hektare lahan pertanian yang dapat dikelola,’’ terangnya. (byu/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasi Migas Kembali Bergairah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler