jpnn.com - JAKARTA – Industri minyak dan gas di Indonesia, tampaknya, kembali bergairah. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan produksi minyak pada beberapa bulan terakhir.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menjelaskan, berdasar data per 30 Juni 2016, produksi rata-rata minyak bumi mencapai 834,4 ribu barel per hari (bph). Sementara itu, pada 30 Juli, jumlahnya kembali bertumbuh menjadi 834,7 ribu bph.
BACA JUGA: Ekspor tak Menjanjikan, Petani Cengkih Maksimalkan Pasar Lokal
’’Kalau begini terus, kami optimistis target produksi bisa tercapai,’’ ujarnya. Angka produksi rata-rata bulanan tersebut melebihi target di APBN Perubahan 2016 yang mencapai 820 ribu bph.
Kondisi berbeda terjadi pada produksi gas bumi. Pada 20 Juni, angkanya mencapai 7.985 mmscfd. Sementara itu, pada akhir Juli, turun menjadi 7.962 mmscfd.
BACA JUGA: BRI dan Mandiri Tambah Instrumen Penampung Dana Repatriasi
Kenaikan produksi minyak bumi berbanding lurus dengan realisasi investasi di sektor migas yang pada semester satu tahun ini mencapai USD 5,65 miliar atau setara Rp 76,3 triliun.
Perinciannya, USD 367 juta dari kegiatan eksplorasi, USD 845 juta dari pengembangan, serta USD 3,992 miliar dari kegiatan produksi. Sementara itu, administrasi menyumbang investasi USD 521 juta.
BACA JUGA: Semester Pertama, Utang Pemerintah Tembus Rp 230 Triliun
’’Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan hulu migas saat ini menjadikan program pengembangan dan produksi sebagai prioritas,’’ terang mantan pimpinan KPK tersebut.
Realisasi investasi itu berdampak positif pada program pengeboran sumur pengembangan, kerja ulang, dan perawatan sumur. Realisasi proyeknya cukup tinggi. Berdasar data SKK Migas, ada 144 sumur pengembangan yang terealisasi.
Jumlah tersebut berasal dari rencana 245 sumur atau setara 59 persen. Sementara itu, kerja ulang atau work over sudah terealisasi 4 sumur di antara rencana 1.286 sumur. Jika dilihat dari perawatan sumur yang terelisasi, SKK Migas mencatat ada 16.822 sumur di antara rencana 39.956 sumur.
Meski demikian, Amien menyebutkan, realisasi kegiatan program eksplorasi seperti survei seismik dan pengeboran eksplorasi justru minim. Di antara 10.955 kilometer survei seismik dua dimensi (2D), pada semester 1, hanya terealisasi 1.057 kilometer.
Kegiatan seismik tiga dimensi (3D) justru lebih buruk, hanya 865 kilometer di antara target 11.217 kilometer. ’’Hal itu bisa berdampak pada penurunan penemuan cadangan migas ke depan,’’ jelas Amien.
Secara terpisah, realisasi investasi terlihat dari penandatanganan perjanjian pembiayaan proyek LNG Tangguh Train 3 di kantor SKK Migas kemarin. Proyek tersebut mendapatkan pinjaman komersial USD 3,745 miliar atau sekitar Rp 50,557 triliun.
Amien menuturkan, proyek Tangguh Train 3 merupakan pembiayaan kali pertama proyek LNG yang melibatkan institusi keuangan domestik. Bank internasional yang berpartisipasi berasal dari Tiongkok, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Perancis, Singapura, dan lembaga multilateral lainnya.
Sementara itu, dari Indonesia, ada Bank Mandiri, BNI, BRI, dan PT Indonesia Infrastructure Finance. Fasilitas pinjaman didapatkan melalui metode trustee borrowing scheme (TBS) dengan HSBC (New York) sebagai wali amanat/trustee dan HSBC (Jakarta) sebagai akun bank dalam negeri. (dim/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Pasar Ketiga Terbesar Bagi Piaggio
Redaktur : Tim Redaksi