Jumlah kematian COVID di Indonesia selama 14 bulan pertama adalah 50 ribu orang, namun sembilan minggu kemudian angkanya sudah melebihi 100 ribu orang.
Tingginya tingkat kematian dalam dua bulan terakhir disebabkan karena varian Delta yang lebih cepat menular dengan angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data resmi yang ada.
BACA JUGA: Warga Muda Australia Sekarang Jadi Penyebar Virus, tetapi Masih Banyak yang Sulit Mendapatkan Vaksin
Departemen Kesehatan mencatat adanya 1.646 kematian karena COVID dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah mereka yang meninggal adalah 100.636 orang.
Jumlah kematian karena COVID-19 sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.
BACA JUGA: Pengadilan Australia Vonis Mantan Senator karena Terbukti Menghina Muslim
Sebuah lembaga independen yang memantau perkembangan data COVID di Indonesia, LaporCOVID-19, mengatakan sejak bulan Juni lebih dari 2.800 orang meninggal ketika melakukan isolasi mandiri di rumah.
Menurut lembaga tersebut beberapa yang meninggal masuk dalam daftar resmi pemerintah sementara yang lainnya tidak.
BACA JUGA: Akhir Sebuah Era, Perusahaan Australia Akhirnya Gratiskan Semua Panggilan dari Telepon Umum
"Mereka yang positif ini awalnya ditolak ketika dibawa ke rumah sakit, sehingga mereka melakukan isolasi mandiri di rumah dengan akses obat-obatan terbatas di rumah, tanpa oksigen dan tidak dipantau oleh dokter sampai mereka meninggal," kata Ahmad Arif salah seorang pendiri LaporCOVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan banyak rumah sakit di Indonesia memerlukan kamar isolasi untuk merawat pasien, pasokan oksigen, APD, kantong mayat dan juga rumah sakit darurat di lapangan.
Sekretaris Jendral Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, Lia Partakusuma mengatakan tempat tidur untuk perawatan intensif semakin tidak tersedia khususnya di luar Jawa.
Dia mengatakan pihaknya menerima laporan warga yang meninggal di rumah.
"Jarang sekali pasien datang dan langsung mendapatkan tempat di ICU," katanya.
"Banyak di antara mereka harus menunggu di UGD dan mungkin karena kurang nyaman kemudian memutuskan pulang ke rumah," kata Lia. Warga meninggal di rumah karena rumah sakit penuh
Di Bogor, kakak dan orang tua Pramirtha Sudirman memutuskan melakukan isolasi mandiri di rumah karena rumah sakit terlalu penuh dengan pasien pada awal Juli.
Menurut Pramirtha, mereka berkonsultasi dengan dokter dan berencana segera ke rumah sakit bila gejala mereka bertambah parah.
"Kami tahu risiko melakukan isoman di rumah," kata perempuan berusia 32 tahun tersebut.
Setelah tampaknya membaik, keadaan ayah Pramirtha kemudian memburuk dengan cepat dan meninggal di rumah sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Ibu dan kakak Pramirtha sekarang sudah sembuh.
"Kami sudah berusaha yang terbaik. Kami tak menyesal dan kami juga tahu kalau rumah sakit penuh," katanya.
Jumlah kasus COVID di Indonesia sejak pandemi dimulai bulan Maret 2020 sudah melebihi angka 3,5 juta.
Bulan Juli mencatat angka kematian tertinggi sejak pandemi dimulai, dengan 30.100 kematian, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan bulan Juni yang mencatat 7.914 orang yang meninggal.
Pemerintah sekarang terus menggiatkan program vaksinasi, juga meningkatkan produksi oksigen untuk keperluan medis, dan membuat lebih banyak rumah sakit lapangan dan pusat isolasi, dan meningkatkan pasok obat-obatan ke rumah sakit.
Menurut Mahesa Paranadipa, kepala tim Mitigasi Resiko dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), situasi di Jakarta mulai membaik dengan pasien tidak lagi ditolak ketika dibawa ke rumah sakit.
AP
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Pastikan ASEAN Tidak Mengakui Rezim Kudeta di Myanmar