Seiring dengan semakin banyaknya warga usia menengah dan lanjut yang sudah divaksinasi di Australia, sekarang warga usia muda lebih berpotensi menyebarkan virus COVID-19 sehingga vaksinasi untuk mereka perlu dipercepat.

Namun, dengan antrean yang sudah panjang sampai beberapa bulan ke depan, para pakar mengatakan perubahan kebijakan perlu dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan 'kebingungan dan kekecewaan".

BACA JUGA: Pengadilan Australia Vonis Mantan Senator karena Terbukti Menghina Muslim

Sebuah model yang dibuat oleh Doherty Institute yang sekarang digunakan oleh Kabinet Nasional di Australia sebagai panduan selama pandemi menunjukkan bahwa vaksinasi terhadap mereka yang berusia 18-39 tahun akan mengurangi angka penularan.

Dan oleh sebab itu semua warga dalam semua kelompok umur akan terlindungi.

BACA JUGA: Cegah Virus dari Luar Negeri, Imigrasi China Tutup Layanan Paspor

Direktur epidemiologi Doherty, Jodie McVernon mengatakan pemodelan yang mereka buat didasarkan pada data bahwa varian Delta menyebar lebih cepat, dan meski warga senior lebih berat dalam gejala COVID, warga lebih mudalah yang lebih banyak menyebarkan virus.

"Kelompok usia 20-29 tahun adalah kelompok penyebar tertinggi," katanya.

BACA JUGA: Kasus Varian Delta Melonjak, Jepang Batasi RS Hanya untuk Pasien Parah

"Yang kami usulkan sekarang ini adalah perubahan strategi dalam usaha memaksimalisasi manfaat program di seluruh kelompok usia dalam masyarakat."

Apa yang disampaikan oleh Doherty Institute didukung oleh Kepala Program Epidemiologi Deakin University di Melbourne,  Catherine Bennett, yang mengatakan pihak berwenang perlu melakukan penyesuaian dalam program vaksinasi karena adanya varian Delta, yang menyebar dengan cara berbeda dengan varian sebelumnya.

Di negara bagian New South Wales, 79 orang yang berusia antara 18-49 tahun dirawat di rumah sakit karena COVID-19 sejak gelombang penularan di awal Juni.

"Di NSW kita melihat adanya perubahan besar, dengan 40 persen dari mereka yang dirawat di rumah sakit berusia di bawah 55 tahun," kata Professor Bennett.

Pemerintah federal Australia mengatakan sedang mempertimbangkan program vaksinasi bagi orang-orang yang berusia 30-39 tahun di awal September dan mereka yang berusia 16-29 tahun di awal Oktober.

Beberapa negara bagian di Australia sudah mulai memvaksinasi warga yang berusia lebih muda dalam beberapa bulan terakhir, dan vaksin AstraZeneca juga tersedia bagi mereka yang berusia di bawah 60 tahun bila mereka dianggap layak setelah berkonsultasi dengan dokter mereka.

Mereka yang berusia di atas 18 tahun di kawasan Metropolitan Sydney sudah disarankan untuk mendapatkan vaksin apa saja termasuk AstraZeneca karena meningkatnya kasus di sana belakangan ini.

Namun beberapa warga muda yang berusaha mendapatkan vaksin punya pengalaman yang berbeda-beda, ada yang bisa langsung divaksinasi, tetapi yang lain ditolak ketika mendaftar.

Warga Sydney, Jake Wheeler, masuk dalam kategori terlalu muda untuk mendapatkan vaksin Pfizer namun pemuda berusia 29 tahun tersebut mendengar adanya dosis berlebih yang tidak digunakan sehingga dia kemudian mencoba mendaftar.

"Saya bertanya ke beberapa tempat dan akhirnya mendapat tempat di Darlinghurst, sebuah sentra vaksin yang tidak begitu banyak dibicarakan."

Dia kemudian mendaftar online dan tidak ditanya, baik ketika online maupun saat tatap muka, apakah dia sudah berhak mendapat vaksin atau belum.

"Saya hanya berpikiran saya bisa mendapat vaksin karena adanya vaksin yang tidak digunakan," katanya.

"Kalau saya ternyata mengambil tempat orang lain yang menjadi prioritas, saya pasti tidak akan mendaftar."

Dia mengatakan mendukung tingkat vaksinasi yang tinggi sebagai kunci dibukanya kembali perekonomian, dan dia berusaha membantu mencapainya.

"Ini peran kecil yang bisa saya mainkan dan saya senang bisa melakukannya," katanya.

Namun temannya, Rupert Condon, tidak seberuntung Jake Wheeler.

Pemuda berusia 26 tahun tersebut mengikuti informasi yang beredar bahwa ada sentra vaksin di Melbourne yang menerima mereka yang datang tanpa mendaftar, dan dia kemudian ke sana bersama temannya.

Walaupun tempat tersebut sepi ketika mereka datang, dia diberitahu bahwa proses sudah berubah dalam 24 jam sebelumya, dan mereka harus mendaftar online.

Rupert dan temannya kemudian mencoba mendaftar online namun sistemnya kewalahan karena lonjakan pendaftar sehingga mereka gagal mendaftar.

"Padahal di sana tidak ada seorang pun. Rasanya mengesalkan sekali," katanya.

Karena petugas di tempat itu tidak bisa  membantu, Rupert dan temannya meninggalkan tempat tersebut tanpa divaksinasi.

Rupert Cordon kemudian mencoba klinik dokter umum di mana adik laki-lakinya pernah divaksinasi, tapi gagal juga.

"Tampaknya semua tergantung kepada siapa kita bicara. Kalau dapat penerima telpon yang baik, kita akan disambungkan," katanya.

"Ini mirip lelucon untuk kelompok usia seperti saya, [jadi sebenarnya] apakah kami bisa divaksin atau tidak."

"Warga ingin mendapatkan vaksinasi namun sistem tidak mengizinkannya."

Dia sekarang mendapat informasi bahwa dia harus menunggu 6-8 minggu untuk bisa mendapatkan vaksinasi. Mau membantu tapi tidak bisa

Banyak warga di berbagai negara bagian di Australia melaporkan kesulitan saat ingin mendaftar vaksinasi.

Dan di kawasan pemukiman di New South Wales yang banyak mengalami kasus, masalahnya lebih rumit lagi.

Pengecekan yang dilakukan ABC terhadap ketersediaan tempat untuk vaksinasi di Sydney Barat Daya menunjukkan bahwa tidak ada tempat lagi banyak klinik sampai bulan September.

Namun apotek yang sekarang masuk dalam program vaksinasi mulai memiliki tempat bagi mereka yang mau divaksinasi.

Steven Buhagiar yang tinggal di Campsie, salah satu kawasan redzone di Sydney sebelumnya tidak bisa mendapatkan vaksin.

Pria berusia 42 tahun tersebut berhak dapat vaksin Pfizer sebagai bagian dari program yang sudah ada, tetapi masih menunggu giliran karena ia merasa tidak harus terburu-buru.

"Saya tidak mau mendaftar cepat karena saya ingin memberikan tempat lebih dulu bagi mereka yang mungkin lebih memerlukanya dibandingkan saya," katanya.

Ketika baru-baru ini diberitahu bahwa dia adalah kontak dekat dengan sebuah kasus positif, dia berusaha mendaftar namun tidak satu pun klinik dokter umum di sekitar tempat tinggalnya menerima pasien baru.

Dia mencoba sentra vaksinasi, tetapi semua sudah penuh.

"Satu departemen mengatakan satu hal, departemen lain mengatakan hal lain lagi," katanya.

"Mereka berulangkali menyampaikan agar kita divaksinasi namun nyatanya tidak ada tempat yang tersedia.

"Kebanyakan warga di tempat tinggal saya mau saja mendapat vaksin AstraZeneca kalau kami bisa mendapat tempat."

Wakil Ketua Umum Asosiasi Medis Australia Chris Moy mengatakan bisa mengerti mengapa sistem layanan kesehatan termasuk vaksinasi di Sydney kewalahan di tengah meningkatnya kasus COVID.

Dr Moy mengatakan, masalah dengan akses di beberapa bagian di Sydney adalah karena beberapa klinik dan lebih dari 50 apotek harus mengurangi kegiatan karena staf mereka harus menjalani isolasi mandiri atau tutup lebih cepat karena berada di lokasi penularan.

"Tidak mudah memberikan vaksinasi di lingkungan yang aman dari COVID saat ini ketika klinik dan staf banyak terpengaruh karena banyaknya kasus," katanya.

Dia juga mengatakan mengenai adanya laporan bahwa mereka yang belum berhak mendapatkan vaksin Pfizer sudah mendapatkannya.

"Kadang ada saja yang berhasil dengan berbagai cara," katanya.

Menteri Utama NSW Gladys Berejiklian mengatakan dia prihatin dengan laporan bahwa sebagian warga kesulitan untuk mendaftar vaksinasi.

"Kalau kami bisa merampingkan proses, maka kami akan melakukannya."

Dr Chris Moy mengatakan fase menurut kelompok usia yang ada sekarang ini sudah cukup bagus dengan tujuan utama melindungi mereka yang rentan.

Dia mengatakan perubahanh terhadap kerangka yang sudah ada, termasuk memberikan prioritas kepada warga yang lebih muda, malah akan membuat lebih banyak kebingungan lagi di Australia.

"Yang harus dihindari sekarang ini adalah membuka program bagi seluruh kelompok umur dalam waktu bersamaan."

 

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

 

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak WNI Akan Pulang dari Malaysia, Penyebabnya Krisis Politik Akibat COVID-19

Berita Terkait