BACA JUGA: Kembar Delapan Ulang Tahun ke-10
Sebab, kapal-kapal perang yang dikirimkan negara-negara lain seperti Tiongkok dan Iran ternyata tidak juga bisa berbuat banyak
Aksi militer yang dilakukan beberapa negara justru menimbulkan korban jiwa pada penduduk sipil
BACA JUGA: 2,5 ton Ganja Disimpan di Gedung Sekolah
Sebab, medan yang dipilih pembajak memang tergolong beratDeplu menjelaskan, saat ini pemerintah Indonesia menunggu rencana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian (peacekeeping operations)
BACA JUGA: RI Tetap Bela WNI Pembakar WNI
”Nanti Indonesia diharapkan bisa ikut berperan di sana,” ujarnya.Di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, Indonesia lebih memilih jalur negosiasi dan diplomasi”Kita lihat, kalau bisa dinego melalui diplomasi, kita lakukan seperti ituJadi, belum ada pemikiran untuk kirim pasukan,” katanya setelah upacara penutupan Latgab Antiteror-TNI Polri di Halim Perdanakusumah, Jakarta, kemarin
Terkait permintaan tebusan para pembajak, Menhan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memenuhi dan melayani permintaan merekaIndonesia hanya akan menempuh jalur diplomasi yang dilakukan Deplu.
Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen mengatakan, masalah penyelesaian warga Indonesia yang disandera, ujung tombaknya ada di DepluTNI baru dapat mengirimkan pasukan khusus untuk pembebasan jika diminta pemerintah”TNI tidak bisa langsung memutuskan sendiri langkah mengirimkan pasukan khusus untuk membebaskan WNI yang disanderaApalagi, kasus itu sudah di luar wilayah perairan Indonesia,” katanya.
Perompakan oleh bajak laut Somalia terjadi Selasa (16/12) malam lalu di perairan YamanKelompok perompak bersenjata canggih itu membajak kapal penarik milik Malaysia yang mempekerjakan awak kapal dari Indonesia dan sebuah kapal kargo Turki
Kapal penarik itu diketahui milik Mas Indra Shipping Malaysian Sendirian Berhard yang berkedudukan di Port KlangNamun, ketika perompakan terjadi, kapal itu dalam status disewa Muhibah Berhard untuk Total, perusahaan Prancis. (rdl/iw/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AS Lipatgandakan Pasukan di Afghan
Redaktur : Tim Redaksi