Industri Baja Masih Lesu, Tax Amnesty jadi Harapan

Kamis, 21 Juli 2016 – 09:14 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - SURABAYA - Sejumlah produsen baja di Jatim merevisi target pertumbuhan hingga akhir tahun ini. Hal itu dilakukan karena realisasi penjualan properti baru tercapai 30 persen pada semester pertama ini.

Presiden Direktur PT Kepuh Kencana Arum Henry Setiawan mengakui, pihaknya memangkas target pertumbuhan tahun ini dari 20 persen menjadi 10–15 persen. ’’Ternyata memang seret,’’ katanya kemarin (20/7).

BACA JUGA: BI Diprediksi Pangkas Suku Bunga Acuan

Henry menyatakan, perlambatan kinerja di sektor properti menjadi alasan utama kelesuan industri baja domestik. Karena itu, dia berharap kebijakan amnesti pajak segera diikuti dengan pertumbuhan sektor properti dan sektor riil lainnya.

Dengan demikian, dapat mendorong pertumbuhan industri baja. ’’Dampak (tax amnesty) memang tidak instan. Karena itu, perbaikan permintaan mungkin baru bisa terjadi di semester kedua tahun 2017,’’ ujarnya.

BACA JUGA: Kabar Baik dari Pak Luhut, Tax Amnesty Mulai Bawa Angin Segar

Berdasar data World Steel Association, permintaan baja di beberapa negara ASEAN, terutama di Thailand, Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Filipina, bertumbuh enam persen menjadi 74,6 juta ton.

Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan perkiraan pertumbuhan baja dunia yang hanya 0,4 persen pada 2017. Sementara itu, pertumbuhan baja dunia untuk tahun ini diperkirakan anjlok di angka 0,8 persen.

BACA JUGA: Mantap! BCA Bukukan Laba Bersih Rp 9,6 Triliun

Perlambatan kinerja industri baja membuat produsen mengurangi produksi. Karena industri baja mengurangi kegiatan produksi, PLN Area Distribusi Jatim mengeluhkan penurunan konsumsi listrik sebesar 27 persen.

Menurut Henry, penurunan produksi tersebut disebabkan 80–90 persen industri baja di Jatim menggantungkan penjualan dari sektor konstruksi.

Pria yang juga menjabat presiden direktur di Sunrise Steel itu memaparkan, sektor konstruksi menyumbang 70 persen permintaan baja di Indonesia. Meski demikian, industri baja dalam negeri kini bersaing dengan baja impor.

Penurunan produksi industri baja domestik didominasi jenis baja billet. Sebab, konsumen lebih menyukai baja billet impor karena harganya lebih murah sekitar sepuluh persen. (vir/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peminat Tax Amnesty Banjiri Kantor Pajak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler