jpnn.com - JPNN.com – Industri baja domestik menargetkan pertumbuhan 6-9 persen pada 2017 mendatang.
Tahun ini, permintaan baja dalam negeri hanya tumbuh lima persen.
BACA JUGA: Industri Minerba Bergantung Konsistensi Regulasi
Sama dengan industri semen, proyek infrastruktur menjadi andalan bagi pertumbuhan industri tersebut.
’’Gencarnya pembangunan jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, maupun sekolah dan rumah sakit dapat mendorong pertumbuhan industri baja,’’ ungkap Direktur Eksekutif Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Hidayat Triseputro.
BACA JUGA: Pemerintah Tekankan Hilirisasi Sektor Minerba
Sektor konstruksi memberikan sumbangan cukup besar terhadap permintaan baja di dalam negeri.
Kontribusi sektor itu mencapai 51 persen.
BACA JUGA: Industri Mamin Diprediksi Tumbuh 8,5 Persen
Pada 2017, IISIA memperkirakan permintaan baja di sektor konstruksi dan transportasi bisa mengalami pertumbuhan 10–11 persen.
Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan permintaan baja di sektor lain.
Selain sektor konstruksi, kebutuhan baja domestik 15 persen saat ini dipasok untuk kebutuhan permesinan 15 persen dan produk metal lainnya sekitar (13 persen).
Berbeda dengan semen dan baja, kelesuan justru terjadi di industri keramik dan granit.
Tahun ini, pasar keramik dan granit dalam negeri anjlok 15 persen.
Produksi keramik dan granit domestik anjlok 30–40 persen.
Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Hendrata Atmoko mengungkapkan, anjloknya produksi keramik dan granit di dalam negeri disebabkan maraknya produk granit impor yang masuk ke Indonesia.
Granit impor tidak hanya menyerang produsen granit lokal, tetapi juga produsen keramik lokal.
Sebab, selisih harga tidak terpaut cukup banyak.
’’Pemerintah harus memanggil produsen granit dan keramik untuk diajak berdiskusi agar bisa membantu memberikan solusi. Produsen di dalam negeri harus dimintai pertimbangan,’’ tuturnya.
Untuk pasar keramik maupun granit pada 2017, pihaknya tidak berani berharap banyak.
’’Pasarnya tidak turun, bila dibandingkan dengan tahun ini saja sudah bagus. Pasar keramik belum sebagus beberapa tahun lalu,’’ terangnya.
Asaki juga meminta pemerintah memprioritaskan produsen lokal untuk berpartisipasi dalam proyek milik negara seperti pembangunan bandara, pelabuhan, maupun wisma atlet.
Menurut dia, pemerintah saat ini belum mewajibkan kontraktor proyek menggunakan produk keramik lokal di proyek pemerintah.
’’Kami juga masih menantikan penurunan harga gas. Selain itu, produk yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri seharusnya tidak diperkenankan impor,’’ tegas Hendrata. (vir/c14/sof)
Redaktur & Reporter : Ragil