Industri Berorientasi Ekspor Meningkat, Risiko Perdagangan Makin Tinggi

Minggu, 20 Februari 2022 – 22:03 WIB
Peningkatan minat pada industri beriorientasi ekspor ternyata memicu risiko, salah satunya dari sisi finansial. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peningkatan minat pada industri beriorientasi ekspor ternyata memicu risiko, salah satunya dari sisi finansial.

Direktur Utama PT Asuransi Asei Indonesia Arie Surya Nugraha menyebut risiko pada industri berorientasi ekspor bisa diminalisir dengan asuransi perdagangan.

BACA JUGA: Bea Cukai Bahas Upaya Lahirkan Pelaku Usaha Baru dan Rencana Ekspor di Daerah

"Asuransi perdagangan untuk memberikan proteksi dan mitigasi risiko pada pelaku industri perdagangan, khususnya perdagangan ekspor," ujar Arie dalam diskusi daring yang diselenggarakan Millennial and Business Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bertajuk Temu CEO episode ke-5 “Optimalisasi Pasar Ekspor Nasional Melalui Asuransi Perdagangan”, Sabtu (19/2).

Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan RI, pada 2021 Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor cukup tinggi. Arie menjelaskan ekspor Indonesia mengalami peningkatan signifikan sekitar 40 persen pada 2021 yoy.

BACA JUGA: LPEI Kenalkan Penopang Ekspor Tenun di Perhelatan G-20

Pada 2021 juga merupakan tahun dengan nilai ekspor paling tinggi sepanjang sejarah.

Pemerintah pun telah berkomitmen meningkatkan kegiatan ekspor, salah satunya tercermin dengan penandatanganan MoU kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab.

BACA JUGA: Lepas Ekspor Perdana Produk CPO, Bea Cukai Hadirkan Layanan Satu Pintu

Ada 5 negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia pada 2021 yakni Jerman, Amerika Serikat, Malaysia, Republik Rakyat Tiongkok, dan Australia.

“Semua negara memiliki asuransi seperti Asei guna memberikan proteksi pada kegiatan ekspor,” ungkap Arie.

Namun, aktivitas perdagangan akan selalu memiliki risiko. Berangkat dari kacamata asuransi, risiko ditegaskan sebagi suatu kondisi ketidakpastian. Para eksportir akan menghadapi risiko komersil misalnya bangkrut, juga risiko politik seperti konflik negara, pembatasan kuota, pencabutan izin impor, dan larangan transfer.

"Risiko terbesar yang dihadapi eksportir adalah tidak menerima pembayaran dari pembeli,” jelasnya.

Menurutnya, dalam perdagangan pelaku indsutri ekspor harus memahami metode pembayaran perdagangan internasional karena di sini muncul risikonya, contohnya dalam sistem pembayaran dengan letter of credit (LC).

“Dari metode pembayaran ini kita bisa lihat di mana risikonya. Kalau letter of credit diterbitkan bank negara maju risikonya tidak ada tapi kalau LC ini dikeluarkan bank negara-negara nontradisional misalnya Afrika, penggunaan metode pembayaran LC ini memberikan risiko pada eksportir,” kata Arie.

Asuransi perdagangan bekerja dengan mempersilakan eksportir melakukan ekspor. Risiko gagal bayar dari importir akan diambil alih asuransi.

Tidak hanya gagal bayar, asuransi juga bisa menjamin risiko kerusakan barang saat dikirim.

Arie pun mengingatkan agar selalu melihat risiko pada setiap aktivitas bisnis, caranya dengan mengidentifikasi risiko.

“Kami anallsis apakah risikonya bisa dikontrol atau tidak. Bisa dikurangi enggak? Kalau bisa dilakukan mitigasinya. Salah satu mitigasi risiko tersebut adalah transfer risiko dari perusahaan ekspor kepada perusahaan asuransi,” imbuh dia.

Di sisi lain, Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian melihat perdagangan Indonesia harus ditingkatkan. Apalagi saat ini ada konsep revolusi 4.0, juga kondisi pandemi yang telah berlangsung dua tahun lebih yang menyebabkan banyak konsep-konsep e-commerce yang berjalan.

“Kami mau mencoba mengambil kesempatan, mengajak teman-teman alumni UI untuk bisa tahu lebih banyak bagaimana menjadi eksportir yang berkelas dan sustainable,” paparnya.

Lebih lanjut, Andre menjelaskan, ILUNI UI melalui Millennial and Business Center mencoba mengajak dan membangkitkan entrepreneurship di UI, khususnya pada alumni UI.

Salah satunya dengan menyelenggarakan Temu CEO dengan mengundang para tokoh entrepreneur, direktur, maupun pejabat C-level dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang berbagi kisah mereka dalam merintis usaha serta meraih kesuksesan dalam bidang mereka.

"Kami bekerja dengan banyak pihak. Pada Temu CEO kelima ini, kita juga kedatangan teman-teman dari Sekolah Ekspor,” tegas Andre. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler