jpnn.com - jpnn.com - Industri kuliner di Jawa Timur terdongkrak pembukaan kafe dan restoran di pusat perbelanjaan.
Industri itu diprediksi bertumbuh 20 persen pada tahun ini.
BACA JUGA: Ekspor ke Uni Eropa Naik, Industri Sawit Percaya Diri
Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim Tjahjono Haryono menjelaskan, proyeksi pertumbuhan industri kuliner didorong beroperasinya sejumlah mal baru di Jatim.
Salah satunya adalah Pakuwon Mall di Surabaya.
BACA JUGA: Ini Hal Terpenting Bagi Investor Kelapa Sawit
’’Karena itulah, peluang kafe dan restoran untuk ekspansi terbuka lebar,’’ katanya, Rabu (1/3).
Selain itu, pengembangan bisnis kuliner didukung gerai-gerai stand-alone di luar kawasan pusat perbelanjaan.
BACA JUGA: Peritel Fashion Anak Gencar Ekspansi
Kawasan Surabaya Barat memang masih menjadi pusat industri kuliner.
Sebab, pertumbuhan sektor properti yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain.
’’Tetapi, di Surabaya Timur seperti kawasan MERR, industri kulinernya juga sudah mulai tumbuh pesat,’’ ungkapnya.
Menurut pemilik WOK Restaurant tersebut, bisnis kuliner kini telah berkembang dari sekadar tempat menghilangkan lapar dan dahaga menjadi gaya hidup.
Konsekuensinya, pebisnis makanan kini tidak hanya mengandalkan rasa masakan, tetapi juga menjual atmosfer.
’’Apalagi, banyak pelaku bisnis kafe dan restoran yang berasal dari kalangan anak muda,’’ terangnya.
Dukungan dari pemerintah dengan penghapusan perpanjangan SIUP maupun izin gangguan (hinder ordonnantie) juga menjadi salah satu faktor yang mampu menggairahkan usaha kuliner.
’’Hanya, memang harus ada peraturan zonasi oleh pemerintah kota agar tetap tertata,’’ tuturnya.
Tjahjono mengungkapkan, pertumbuhan industri kuliner juga didongkrak sektor properti dan sektor meeting, incentives, conventions, and exhibitions (MICE).
Sejumlah event seperti Bank BRI Jawa Pos Culinary Awards 2016 turut mendorong pertumbuhan industri kuliner.
Industri kuliner mampu menyumbang 40 persen untuk industri kreatif yang berkontribusi besar terhadap capaian produk domestik bruto Rp 900 triliun tahun lalu. (vir/c14/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Logam Impor Lebih Murah, Industri Lokal Menjerit
Redaktur & Reporter : Ragil