Industri Manufaktur Masih Melambat

Senin, 20 Mei 2019 – 11:56 WIB
Kawasan industri di Batam. Foto: dalil harahap / batampos.co.id / JPG

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, industri manufaktur memang menjadi penyumbang terbesar bagi nilai ekspor nasional.

Namun, pertumbuhan industri pengolahan itu terus mengalami perlambatan.

BACA JUGA: Sektor Manufaktur Dominasi Ekspor Indonesia

 ’’Pada triwulan pertama tahun ini, pertumbuhannya hanya 3,86 persen. Lebih rendah kalau dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 4,6 persen,’’ jelasnya, Minggu (19/5).

BACA JUGA: Penyebab Ekspor CPO Indonesia Hanya Naik Tipis

BACA JUGA: Mengulas Dampak Perang Dagang AS vs Tiongkok Bagi Indonesia

Faisal menyebutkan, jika dilihat dari segi volume, ekspor nonmigas memang cukup positif di angka 13,07 persen secara year to date (ytd).

Namun, dia menekankan bahwa bukan hanya manufaktur yang menyumbang ekspor nonmigas, tetapi juga bahan mentah.

BACA JUGA: Terus Tumbuh, Industri Manufaktur Semakin Kompetitif

Sebab, sebagian besar ekspor masih berupa komoditas. Harga komoditas andalan Indonesia seperti sawit terus melemah. Jadi, meski volume meningkat, nilai ekspor tetap menyusut.

Jika mampu tumbuh kuat, ekspor manufaktur Indonesia bisa mendominasi struktur ekspor nasional. Peningkatan volume ekspor bisa dibarengi kenaikan nilai ekspor.

’’Karena harga produk manufaktur tidak terlalu dipengaruhi pasar internasional sebagaimana komoditas,’’ ujarnya.

Sebagaimana diwartakan, neraca perdagangan Indonesia pada April lalu mengalami defisit USD 2,50 miliar. Defisit tersebut adalah yang terbesar sepanjang sejarah.

Pada April lalu, angka impor tercatat naik 12,2 persen, sedangkan ekspor turun 10,8 persen.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan, salah satu penyebab impor naik adalah pelaku usaha menahan ekspansi sambil menunggu pemilu usai.

Akibatnya, pembelian bahan baku dan barang modal pada kuartal I ditahan dan baru dilakukan pada April setelah pemimpin baru terpilih.

Di samping itu, faktor perang dagang membuat ketidakpastian pelaku usaha makin bertambah.

’’Kita tentu harus mewaspadai ini,’’ tutur dia.

Ditanya tentang kebijakan baru, dia menyatakan bahwa belum ada rencana.

Namun, dia berjanji tetap menerapkan kebijakan lama dan mempertimbangkan pemberian insentif fiskal bagi calon investor yang akan masuk ke sektor migas. (ken/rin/c14/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saran Gubernur BI soal Harga Tiket Pesawat Jelang Ramadan dan Idulfitri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler