jpnn.com, JAKARTA - Pertumbuhan industri plastik di tanah air pada tahun ini diperkirakan mencapai enam persen.
Namun, industri tersebut masih sangat bergatung pada impor.
BACA JUGA: Indonesia Negara Maritim, Tapi Masih Impor Ikan
Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto Sadiman mengatakan, sampai saat ini, sebanyak 95 persen bahan baku produksi monomer (nafta, ethylene, dan propylene) masih impor.
Separuh bahan baku polimer seperti polypropilene dan polyethylene juga masih didatangkan dari mancanegara.
BACA JUGA: Cukai Plastik Diberlakukan, Penyelundupan Bakal Marak
’’Total permintaan plastik tahun ini diperkirakan mencapai 6,2 juta ton. Padahal, kapasitas produksi hanya 3,4 juta ton,’’ ujarnya, Rabu (4/10).
Budi mengatakan, ongkos produksi sektor petrokimia berbasis nafta di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
BACA JUGA: Ingat, Tak Selamanya Impor Berkonotasi Jelek
Salah satu penyebabnya adalah tidak terintegrasinya petrokimia dengan kilang minyak.
’’Itu mengapa kita masih mengimpor nafta,’’ tutur Budi.
Lambatnya pengembangan petrokimia di Indonesia bisa terlihat dari nyaris absennya investasi baru di sektor tersebut.
Pabrikan petrokimia eksisting sepenuhnya masih bergantung pada bahan baku nafta.
’’Padahal, komponen nafta mencapai 80 persen terhadap total bahan baku industri aromatik, olefin, dan plastik,’’ tambah Budi.
Dengan demikian, menurut dia, pengembangan sektor petrokimia mesti segera beralih ke basis gas karena lebih efisien dari sisi biaya.
Terlebih, Indonesia memiliki ketersediaan cadangan gas yang sangat memadai. Terutama dari Bintuni dan Masela.
Inaplas berpendapat, sektor petrokimia berbasis gas di Indonesia merupakan peluang investasi yang menarik di mata investor.
Sebab, pabrikan petrokimia di Indonesia masih belum mampu memasok kebutuhan polimer dan monomer yang rata-rata 5,6 juta ton setiap tahun.
’’Investor selalu meminta kepastian harga dan pasokan gasnya. Sampai sekarang, mereka yang tertarik itu belum juga mendapat kepastian soal gas,’’ paparnya. (car/c15/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wacana Pembatasan Impor Tembakau Ancaman Bagi Pabrik Rokok dan Buruh
Redaktur & Reporter : Ragil