jpnn.com - JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai, perekonomian tahun depan masih dipengaruhi beragam risiko.
Mulai pemulihan ekonomi negara maju berjalan lambat, kenaikan suku bunga The Fed, laju ekonomi negara berkembang (emerging market) lesu akibat rebalancing ekonomi Tiongkok hingga ketidakpastian geopolitik dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) di bawah kendali Donald Trump.
BACA JUGA: Lion Air Siap Layani Jakarta-Ternate
”Peningkatkan volatilitas pasar dan harga komoditas anjlok menambah buruk suasana,” terang Presiden Direktur Pefindo Salyadi Saputra.
Pefindo memprediksi, sejumlah sektor akan membaik tahun depan.
BACA JUGA: Catat Rekor, Obligasi Korporasi Tembus Rp 20,17 Triliun
Misalnya sektor perkebunan kelapa sawit. Itu didasari permintaan produk CPO dan turunannya untuk sektor barang konsumsi masih akan bertumbuh.
Sektor konstruksi juga stabil. Itu didukung ekspektasi lonjakan permintaan didorong rencana peningkatan belanja pemerintah untuk infrastruktur.
BACA JUGA: Merugikan Lingkungan, Pengenaan Cukai Plastik 2017 Disambut Positif
”Sektor properti akan penuh tantangan sejalan penurunan permintaan. Leverage tinggi sektor properti karena utang besar untuk mendanai penyelesaian proyek dan penjualan lebih rendah dari ekspektasi,” tegas Syalyadi.
Bagaimana dengan perbankan? Pefindo optimistis perbankan akan mengalami pemulihan.
Pefindo juga menempatkan perusahaan pembiayaan (multifinance) masih cukup stabil.
Itu karena ekspektasi pertumbuhan pembiayaan kendaraan bermotor sejalan lonjakan tingkat konsumsi dan penurunan suku bunga. (far/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, Ada Potensi Akal-Akalan PLN Caplok PGE Lewat Right Issue
Redaktur : Tim Redaksi