Industri Sawit Melawan Konspirasi Internasional

Kamis, 04 Agustus 2011 – 12:34 WIB
Joko Supriyono dalam acara Forum Pemred JPNN. Foto: Adrianto/Indopos

Satu sesi yang sempat membelalakkan mata sekitar 100 pemred JP Group terjadi saat Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) mengusung tema ’’Membangun Industri Sawit, Membangun Negeri.’’ Mereka menyebut pemerintah ambivalenDi satu sisi mengklaim sukses sawit sebagai kesuksesan di semua kementerian

BACA JUGA: Anindya Bicara Visi Bisnis Grup Bakrie

Tetapi di sisi lain?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PEMERINTAH dianggap tidak mendengar keluhan pengusaha sawit! Membiarkan serentetan batu sandungan merepotkan laju pertumbuhan industri satu ini
Joko Supriyono, Sekjen GAPKI berkesimpulan tegas seperti itu

BACA JUGA: Media dan Realitas seperti Salah Sambung

Seolah, pemerintah tak berdaya didikte oleh konspirasi internasional yang tidak menginginkan komoditas sawit nasional melompat lebih maju dan menguasai dunia!

’’Padahal semua kementerian saling mengklaim hasil industri sawit ini sebagai pisau kesuksesan mereka
Ya menteri perdagangan, menteri perindustrian, menteri pertanian, menteri kehutanan, menteri perekonomian?’’ keluh Joko yang juga Direktur PT Astra Agrolestasi Tbk itu.

:TERKAIT Mereka mengamati pergerakan isu terstruktur yang menghantam sawit setiap dekade

BACA JUGA: Inflasi Menurun, Pendapatan Per Kapita Naik

Mereka curiga, kampaye negatif budidaya sawit itu dibekingi pemilik-pemilik komoditas serupa yang tidak mau digeser dominasinya dalam peta perdagangan duniaKarena hampir semua isu yang dilontarkan, selalu bertolak belakang dengan fakta empirik dan yang juga sudah diverifikasi melalui riset’’Akhirnya kami sibuk meng-counter isu dengan riset yang hasilnya kredibel,’’ aku Joko’’Tahun 1980, kampanye anti sawit sudah merancang isu, bahwa palm oil (minyak kelapa sawit, red) ini mengandung kolesterol, yang paling banyak membunuh manusiaSawit dituding sebagai biang kerok dan kambing hitam atas serangan stroke dan jantung koronerIsu itu sempat merepotkan kami selama 10 tahun,’’ katanya.

Tahun 1990, serangan kedua datangIsu bergeser, bahwa sawit dianggap sebagai penyebab polusi dan perusak lingkungan nomor wahid di duniaLantas dunia mempopulerkan konsep Zero Burning Policy (ZBP)’’Tema baru itu dilakukan, setelah uji klinis dan medis menyebutkan bahwa sinyalemen sawit sebagai penyebab jantung itu tidak terbukti secara empirikCelakanya, tahun 2000, mereka makin gencar menuding hutan sawit itu sebagai tersangka habisnya orang utan dan hilangnya bio-diversity,’’ ujar Joko.
 
Nah, tahun 2010, temanya masih soal lingkungan, sawit disebut sebagai penyebab climate change, perubahan iklim duniaKalau bermain tinju, isu-isu per sepuluh tahun itu seperti kombinasi pukulan jab, hook dan upper cut sajaBertubi-tubi dijadikan sasaran jotos, agar industri sawit negeri ini knock out, dan produk mereka melenggang tanpa hambatan’’Yang menjadi masalah, kenapa sih pemerintah tidak mau membela? Melawan segala psy war itu? Seolah-olah didikte, agar ikut-ikutan membuat regulasi yang menyusahkan kami?’’ keluh pria berbatik merah itu.

Oke, kita bedah satu-per satuBetulkah sawit penyebab deforestation atau kehancuran hutan? Pertama, sawit lebih efisien menggunakan lahan, dibandingkan minyak tumbuhan lain seperti soybean oil (minyak kedelai), sunflower oil (minyak bunga matahari), cottonseed (kapok-kapas), rapeseed oil dan groundnuts oilSawit hanya memanfaatkan 5 persen dari lahanKedelai 41,2 persen, rapeseed dan cottonseed sama-sama 12,7 persenSunflower dan Ground nuts, 9,8 dan 9,2 persen’’Kami hanya 5 persen dari 243,4 juta ha? Kenapa terus diributkan?’’ tuturnya.

Minyak nabati dari soybean melakukan ekspansi dalam 2 tahun ini 3 juta hektare di Amerika LatinRapeseed menambah luas lahan 4 juta haRapeseed dan sunflower seed di Eropa terus dikembangkanSawit yang hanya ada di Indonesia dan Malaysia, sudah direcoki dari luar, masih ditambah regulasi yang dipersulit di dalam negeri

Kedua, Indonesia bukan penyumbang emisi CO2 nomor tiga terbesar di dunia’’Indonesia itu nomor 19Urutannya, China, AS, Rusia, India, Jepag, Jerman, Korea Selatan, Kanada, Inggris, Iran, Arab Saudi, Italia, Afrika Selatan, Meksiko, Brazil, Prancis, Australia, Spanyol baru negeri kita! Sumbernya dari COP15 CopenhagenKenapa pemerintah kita mau ditekan oleh negara lain yang lebih banyak merusak atmosfer? Kenapa kita yang ditekan?’’ tanyanya

World Bank, World Development Indicators 2007 juga melaunching lima besar penyumbang emisi karbon dioksidaNomor satu AS, disusul China, lalu Eropa, Rusia, India dan Jepang’’Jika dihitung emisi per kapita saja, dari jumlah penduduk yang 250 juta, kita masih tergolong pengemisi terendah di dunia, uruta ke-115! Lalu, mengapa kita harus heboh untuk menurunkan emisi sampai 26 persen tahun 2012? Sesuai Kyoto Protocol 1997, Negara maju hanya 5,2 persen, dan itupun dilanggar?’’ tandasnya

Data emisi di COP 15 Copenhagen tahun 2009, negara maju justru melanggar komitmen itu? Bahkan COP 16 di Cancun 2010, mereka yang tergolong negara maju itu malah menolak perpanjangan Kyoto Protocol? ’’Bayangkan, Jepang tempat Protokol Kyoto itu dicanangkan, malah menolak untuk diperpanjang kok? Mengapa kita tidak putar haluan, mengembangkan sawit sebagai indutri yang pro jobs, pro poor, seperti yang dicanangkan presiden?’’ usulnya.

Faktanya? Sampai sekarang? ’’Tidak ada subsidi apapun dari pemerintah yang mengucur untuk percepatan produksi sawit IndonesiaInfrastruktur jalan di kebun sawit pun tidak pernah diperhatikanBeberapa kota malah melarang truk mengangkut sawit ke pabrikSaya heran, apa harus terbang tanpa menginjak jalan?’’ ucapnya

Selain itu, lanjut dia, pajak sawit tergolong tinggiDi daerah masih dipungut aneka retribusiPadahal, satu hektar sawit membutuhkan 5 orang pekerjaBelum lagi harus minimal 20 persen program plasma? Jadi? ’’Kita harus merdeka, dari tekanan internasional untuk menghambat pertumbuhan sawit! Untuk kesejahteraan bangsa iniUntuk kejayaan dan kebanggaan bangsa ini! Mereka takut sawit kita menguasai dunia,’’ pungkasnya(bersambung/don)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hatta Rajasa Mengasah Optimisme Ekonomi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler