Industri Siber Bisa Membantu Lompatan Ekonomi Besar Seperti Ajakan Jokowi

Senin, 17 Agustus 2020 – 20:30 WIB
Keamanan siber. ilustrasi Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Praktisi keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa salah satu sektor yang bisa membantu lompatan besar ekonomi adalah dari industri siber tanah air. Mengacu pada data riset Google di 2019, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 133 miliar atau lebih dari Rp 1832 triliun.

"Ini sebuah angka yang sangat besar. Prediksi Google ini keluar sebelum ada krisis Covid-19. Memang pastinya ada banyak penyesuaian. Namun satu hal penting yang kita lihat, krisis ini mendorong proses digitalisasi berjalan dengan sangat cepat dan artinya konsumsi lewat layanan digital juga naik,” kata Pratama, Senin (17/8).

BACA JUGA: NTTIS Beri Solusi untuk Antisipasi Serangan Siber Bagi Perusahaan

Hal ini diungkap Pratama merespons pidato kenegeraan Presiden Joko Widodo di Sidang Tahunan MPR Jumat 14 Agustus 2020 lalu. Jokowi menyampaikan Indonesia harus bisa melakukan lompatan ekonomi dalam krisis Covid-19.

Ini mengacu pada banyaknya negara yang mengalami resesi akibat Covid-19, di sana ada peluang Indonesia untuk muncul sebagai kekuatan baru minimal di kawasan regional.

BACA JUGA: Jumlah Kejahatan Siber Meningkat Signifikan dalam Lima Tahun Terakhir

Hal ini bisa terjadi mengingat modal penting Indonesia lewat konsumsi dalam negeri. Hal yang sama menyelamatkan Indonesia dari krisis 1998 dan 2008 dimana konsumsi dalam negeri dan UMKM membantu Indonesia dari krisis berkepanjangan.

Pratama yang juga chairman lembaga riset keamanan siber Indonesia Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) ini menambahkan praktis ticketing online turun drastis, karena menurunnya perjalanan antarpulau, antarkota dan antarnegara.

BACA JUGA: Praktisi Keamanan Siber Sebut Corona Bukan Satu-satunya Ancaman Buat Pancasila

Namun, katanya, pemenuhan kebutuhan lewat online cenderung naik tajam. Misalnya pemakaian aplikasi webinar dan rapat online, lalu sekolah dari rumah yang menggunakan perangkat elektronik dan data. Bisa dilihat dari laporan Telkom yang membukukan laba hampir Rp 12 triliun.

“Jadi apa yang disampaikan Bapak Presiden untuk melakukan lompatan besar ekonomi salah satunya lewat industri siber," ungkapnya.

Hanya saja, Pratama menambahkan, masalahnya adalah di sisi kemandirian. Dia mengingatkan infrastruktur internet jangan mengekor ke asing. Secara perlahan harus medorong platform digital lokal berkembang dan dipakai masyarakat. "GoJek sudah membuktikan bisa dan berhasil,” tegasnya.

Pratama mengapresiasi keberhasilan pemerintah menarik pajak dari layanan digital asing seperti Google, Netflix dan Spotify. Namun pekerjaan rumah masih panjang. Menurutnya, di era digital menarik pajak memang sulit namun ada yang lebih penting dan masih belum diselesaikan di Indonesia, yaitu pengelolaan data.

Pertama, pengelolaan data ini menyangkut uang yang sangat besar. Bisa lihat saat kementerian harus membeli data yang mahal dari para pemilik platform, kebetulan sebagian besar dari luar negeri. "Lalu lebih penting menyangkut keamanan data yang berimbas pada keamanan pertahanan nasional kita,” jelas Pratama.

Ia menambahkan, pengelolaan data ini dimensinya bisnis dan pertahanan. Data ialah bisnis paling menggiurkan saat ini, karena itu terjadi ketegangan global akibat keberhasilan Huawei menjadi yang terdepan dalam bisnis infrastruktur 5G. AS dan sekutunya tidak ingin lalu lintas data melewati infrastruktur Huawei, dianggap selain merugikan mereka dari sisi keamanan.

Artinya, Pratama menegaskan, industri keamanan siber juga menjadi hal yang patut didorong pemerintah. "Kita melihat bagaimana sepanjang kuartal pertama 2020 serangan siber ke tanah air begitu besar. Industri keamanan siber ini mencakup semua mulai dari infrastruktur, SDM sampai pada teknologinya,” jelasnya.

Pratama menegaskan dengan memenuhi kebutuhan siber di dalam negeri, Indonesia bisa melakukan lompatan ekonomi cukup besar. Namun syaratnya jelas pemenuhan kebutuhan infrastruktur siber harus dipenuhi, penguatan SDM dan riset teknologi juga harus diprioritaskan.

"Pada akhirnya pemenuhan itu disuplai oleh ekosistem siber dalam negeri. Tak kalah penting, dengan kemandirian akan membuat kedaulatan siber negara kita makin kuat," tuntasnya. (boy/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler