MASALAH gangguan kesuburan (infertilitas) pada pasangan suami istri (pasutri) merupakan masalah yang sering muncul dan dianggap sebagai bentuk kegagalan reproduksiDan hal ini sering kali menjadi masalah besar bagi kesehatan dan kehidupan sosial pasutri di seluruh dunia.
Tercatat sekitar 8 hingga 10 persen pasutri di seluruh dunia mengalami infertilitas selama masa reproduksinya
BACA JUGA: Kembangkan Taburia Atasi Gizi Buruk
Di Indonesia, terdapat sekitar 12 hingga 15 persen pasutri usia produktif mengalami masalah iniDr Ichwanul Adenin SpOG (K), dokter ahli kandungan dari RSUP H Adam Malik Medan mengatakan, terdapat berbagai gangguan yang dapat memicu terjadinya infertilitas, baik pada wanita maupun pria
BACA JUGA: Waspadai Serangan Cacing Cambuk
"Pada wanita antara lain gangguan organ reproduksi terdata 20 persen per tahun, gangguan ovulasi (15 persen), kegagalan implantasi, endometriosis, abrasi, genetis, factor imunologis serta lingkungan (25 persen)
Ichwanul juga memaparkan, untuk menghindari infertilitas tersebut banyak cara dilakukan
BACA JUGA: Padukan Program Diet, Buah, Wine, dan Olah Raga
Seperti pada pria dapat dilakukan dengan cara mengobati infeksi pada organ reproduksi, menghindari alkohol dan zat adiktif serta menghindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma"Sedangkan tindakan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan pada penyumbatan di saluran sperma, pemberian vitamin, penghentian obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma serta teknik reproduksi bantuan," jelasnya.Untuk wanita, lanjutnya, infertilitas dapat diatasi dengan cara pemberian terapi obat hormonal dan antibiotik dan sebagian lainnya melalui inseminasi buatan dan bayi tabung yang merupakan proses mempertemukan sel telur dan sperma di luar tubuh sehingga fertilisasi terjadi di luarLalu embrio ditransfer ke dalam rahim"Bagi pria dengan hasil sperma yang kurang memuaskan, maka sperma dapat langsung disuntikkan ke sel telurTeknik ini sering di sebut ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)," kata Ichwanul.
Sementara itu, ahli kandungan dari Klinik Yasmin Kencana RSCM dr Budi Wiweko SpOG (K) mengatakan, seiring bertambahnya usia seorang perempuan, maka kemampuannya dalam mereproduksi sel telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik semakin menurun"Hal ini dihubungkan dengan usia kronologis ovarium yang dihitung sejak kehidupan intra uteri, dengan usia biologis ovarium yang lebih menggambarkan cadangan ovarium dan responnya terhadap stimulasi ovariumDengan demikian, usia kronologis ovarium bisa saja berbeda dengan usia biologisnya," terangnya.
Menurut Wiweko, dalam 10 tahun terakhir, usia perempuan yang hamil untuk pertama kalinya meningkat lima kali lebih tua disbanding dengan dekade sebelumnya"Padahal seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan, maka kemampuannya dalam memproduksi sel telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik semakin menurunDi sekitar 30-35 tahun, fertilitas (kesuburan) seorang perempuan mulai menurun dan diikuti penurunan yang cepat pada usia sesudahnya," jelasnya.
Di samping itu, sambungnya, terjadi penundaan usia pernikahan serta pemakaian teknologi kontrasepsi untuk menunda kehamilan"Hal-hal ini yang mengakibatkan peningkatan jumlah dan proporsi perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun yang memerlukan teknologi reproduksi berbantu, seperti inseminasi dan bayi tabung," kata Wiweko.
Ahli kandungan lain yang berasal dari Klinik Yasmin Kencana RSCM Dr dr H R Muharam SpOG (K) menambahkan, upaya-upaya di bidang kedokteran di Indonesia terus mengalami kemajuan dalam mengatasi masalah infertilitas"Satu diantaranya dengan menggabungkan terobosan-terobosan di bidang endokrinologi reproduksi, imunologi reproduksi, embriologi, fetomaternal, andrologi, urologi serta psikologiDan layanan ini juga bisa didapat di Klinik Yasmin Kencana RSCM," jelasnya(rah)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kurangi Risiko Kehamilan Sejak Dini
Redaktur : Tim Redaksi