Infiltrasi Radikalisme Melalui Pengasuh tak Mudah Dideteksi

Minggu, 09 September 2018 – 01:33 WIB
Bu Guru dan siswi. Ilustrasi Foto: dok JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat Susanto mengatakan, ada beberapa pintu masuk sehingga anak terinfiltrasi.

Salah satunya adalah faktor guru. Dalam konteks Indonesia, kata Susanto, guru bukan hanya sumber nilai bagi anak.

BACA JUGA: Mahasiswa Harus Ambil Bagian Perangi Radikalisme

“Di sisi lain, guru menjadi referensi dalam semua hal, termasuk juga wawasan keagamaan, wawasan kebangsaan, dan lain sebagainya,” kata Susanto, Jumat (7/9).

Dia menambahkan, situasi menjadi lebih berbahaya ketika guru terinfiltrasi radikalisme.

BACA JUGA: Mahasiswa Baru Rentan Terpapar Radikalisme

Sebab, guru akan dimanfaatkan oleh jaringan kelompok radikal terorisme sebagai pintu masuk kepada anak.

Faktor lain yang tidak boleh disepelekan adalah peran orang tua dan pengasuh.

BACA JUGA: Mahasiswa Harus Dijauhkan dari Paham Negatif

Infiltrasi radikalisme melalui pengasuh tidak mudah dideteksi sehingga penyebar paham negatif itu banyak memanfaatkan orang tua untuk menulari anak-anaknya.

Faktor lainnya adalah penyebaran melalui dunia siber. Saat ini kemajuan informasi teknologi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dibendung.

Di sisi lain, dunia siber yang tanpa batas juga sangat rentan menjadi pintu masuk jaringan kelompok radikal teroris.

“Kami juga melakukan riset di perguruan tinggi. Ternyata orang-orang yang terinfiltrasi radikalisme itu orang-orang yang masuk sepuluh besar cerdas, dari latar belakang pendidikan yang favorit,” ungkap Susanto. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPAI Dukung Copot Kepsek yang Izinkan Anak PAUD Bercadar


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
radikalisme   KPAI  

Terpopuler