Inflasi dan Infrastruktur Jadi Fokus Pemerintah

Rabu, 07 Juni 2017 – 15:24 WIB
Menkeu Sri Mulyani. Foto: Raka Denny/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen hingga 6,1 persen pada 2018 masih realistis.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini 5,0 persen atau lebih tinggi dibanding realisasi pada kuartal pertama 2015 yang sebesar 4,8 persen.

BACA JUGA: Jokowi Puji Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo

Pertumbuhan ekonomi juga lebih tinggi dibanding kuartal pertama 2016 yang sebesar 4,9 persen.

Hingga akhir tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen.

BACA JUGA: Rupiah Diprediksi Menguat pada 2017, Melemah Akhir 2018

”Target (pertumbuhan ekonomi 2018) itu mencerminkan kombinasi optimisme karena adanya potensi dan kehati-hatian karena masih ada ketidakpastian global,” kata Sri Mulyani di gedung DPR, Selasa (6/6).

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia menekankan, pertumbuhan harus didorong lebih tinggi untuk menggerakkan sektor riil.

BACA JUGA: Sri Mulyani Jamin Proyek Strategis Bebas Risiko Politik

Selain itu, juga meningkatkan penyerapan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan, pengurangan kemiskinan, dan kesenjangan.

Untuk mencapai target pertumbuhan, konsumsi rumah tangga harus dijaga pada kisaran 5,4 persen.

Caranya adalah mengurangi fluktuasi harga bahan pokok, menambah lapangan kerja, serta pengembangan usaha kecil dan menengah.

Juga, perbaikan kapasitas produksi dan distribusi nasional serta pengalokasian subsidi yang tepat sasaran.

Bantuan sosial juga terus diberikan kepada masyarakat dengan marginal propensity to consume (MPG) yang tinggi.

Sri memprediksi, investasi akan tumbuh delapan persen pada 2018 yang didorong belanja infrastruktur pemerintah serta partisipasi BUMN dan swasta.

”Perbaikan iklim investasi melalui penyederhanaan regulasi dan optimalisasi sumber pembiayaan investasi di luar anggaran pendapatan dan belanja negara,” terangnya.

Peningkatan rating utang lndonesia menjadi layak investasi oleh Standard & Poor's (S&P) diharapkan memperbaiki kepercayaan swasta sehingga meningkatkan aliran modal yang masuk.

”Dengan peningkatan investasi, kapasitas produksi meningkat dan lapangan kerja baru dapat diciptakan,” imbuh Sri.

Sementara itu, Bank Indonesia memiliki proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih moderat dibanding pemerintah.

Pada tahun depan, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,1–5,5 persen.

”Dari sisi konsumsi, investasi, dan ekspor impor kita (Bank Indonesia) sudah sejalan (dengan pemerintah), tapi kita lebih moderat,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

BI memperkirakan nilai tukar rupiah pada kisaran Rp 13.300–13.700 per USD. Nilai tersebut lebih kuat dibanding proyeksi pemerintah Rp 13.400–Rp 13.800 per USD. (ken/c21/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sri Mulyani: Ini Tantangan Tidak Mudah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler