BACA JUGA: Bursa Global Panik, Minyak di Bawah USD 90
Sehingga inflasi tahunan (year on year) mencapai 12,14 persen atau tertinggi sepanjang tahun iniBACA JUGA: Dubai Tak Peduli Gejolak Finansial
Dengan sisa tiga bulan hingga akhir tahun ini, target inflasi maksimal 11,4 persen hampir mustahil tercapai
''Jika rata-rata inflasi 0,5 persen setiap bulan saja, tambahannya sudah 1,5 persen,'' kata Deputi Bidang Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Ali Rosidi di kantornya Senin (6/10)
BACA JUGA: Situasi Tak Menentu, Saham Memerah
Padahal, agar tidak sampai menembus batas 11,4 persen, tambahan inflasi dalam tiga bulan tidak boleh lebih dari 1 persen.Menurut Ali, inflasi cukup tinggi karena beban harga pada puasa dan Lebaran lalu terakumulasi pada SeptemberIni berbeda dengan dua tahun terakhir saat puasa terbagi dalam September dan Oktober''Ini membuat inflasi menjadi (naik) signifikan,'' ujar Ali
Dia mengatakan, bahan makanan masih menjadi komoditas yang konsisten menyumbang laju inflasiMeski harga beras mulai stabil, harga bahan pokok lainnya, seperti daging sapi, daging ayam ras, dan telur, meningkat tajam.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economis and Finance (Indef) AErani Yustika memprediksi inflasi tahun ini akan berada di kisaran 12,5-13 persenPertumbuhan ekonomi juga akan terkoreksi menjadi sekitar 6 persen
Ekonom senior BNI Ryan Kiryanto mengatakan, dengan inflasi September nyaris 1 persen, tak ada pilihan lain bagi Bank Indonesia (BI) agar menaikkan BI rate 25 bps menjadi 9,5 persenPelaku pasar diyakini masih bisa menerima kenaikan ituRapat Dewan Gubernur (RDG) akan memutuskan BI rate hari ini (7/10).
''Dalam situasi ekonomi global yang tidak pasti saat ini, penting bagi BI menerapkan kebijakan moneter yang terukur dan hati-hatiKenaikan BI rate relatif tidak akan memancing bank menaikkan suku bunga di tengah ketatnya likuditas saat iniSebab, suku bunga juga sudah naik duluan,'' kata Ryan(sof/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasca Lebaran, Penjualan Motor Turun
Redaktur : Tim Redaksi