jpnn.com, KUPANG - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus menyosialisasikan strategi tentang penurunan angka stunting atau pengerdilan pada anak yang sedang tumbuh.
Dalam rangka itu pula Kepala BKKBN Hasto Wardoyo turun langsung ke daerah guna menjelaskan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI).
BACA JUGA: Empat Kabupaten di Jatim Masuk Kategori Merah Terkait Stunting
Jumat (4/3), Hasto mengunjungi Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyosialisasikan program andalan BKKBN itu.
Menurut dia, Provinsi NTT menjadi fokus utama BKKBN dalam mempercepat penurunan prevalensi stunting. Sebab, NTT menjadi satu dari 12 provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.
BACA JUGA: Khusus Para Calon Pengantin: Ikut Dulu Program BkkbN Ini
"Tidak ada satu pun daerah di NTT yang berstatus hijau atau berprevalensi stunting antara sepuluh hingga 20 persen," kata Hasto saat berbicara pada Sosialisasi RAN PASTI di Kupang.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan para bupati/wali kota di provinsi berjuluk Nusa Cendana itu juga menghadiri sosialisasi tersebut.
BACA JUGA: BKKBN Targetkan Indonesia Bebas Stunting 2030
Hasto menyatakan RAN PASTI ini akan menjadi acuan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting di daerah. Menurutnya, BKKBN merupakan ketua pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat.
Posisi BKKBN sebagai ketua TPPS Pusat itu berdasar Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Hasto pun mengharapkan pemerintahan tingkat provinsi hingga desa makin giat menangani persoalan stunting.
"BKKBN memiliki 4.298 tim pendamping keluarga di NTT yang jika disetarakan berjumlah 12.894 orang," kata Hasto.(mcr2/jpnn)
Redaktur : Antoni
Reporter : Meylinda Putri Yani Mukin